Di atap sekolah saat jam istirahat biasanya hanya ramai diisi oleh anak-anak nakal yang entah hanya sekedar menjadikan tempat berkumpul atau merokok diam-diam. Jika dilihat dari luar, semua orang akan berpikir yang bersekolah disini selain anak-anak kelas atas, pasti juga sikap mereka yang baik dan terpandang. Tapi lihatlah ke atap sekolah ini jika kalian ingin tahu keburukan apa saja di dalamnya. Disana sudah ada anak laki-laki berkaca mata yang meringkuk mencoba melindungi tubuhnya dari hujaman lima anak lainnya.
Anak itu dipukuli bertubi-tubi. Wajah anak itu sudah tak terbentuk, darah dan lebam sudah menghiasi wajahnya. Kacamatanya sudah terlepas dan menjadi sasaran empuk dihancurkan hanya dengan sekali injakan.
Dan disana pula ada seorang pria yang duduk manis dibangku dengan kaki terbuka melihat aksi kelima pria sedang memukuli anak berkacamata itu. Hanya seringaian yang ada diwajahnya. Bahkan tak ada niat untuk beranjak dari bangkunya dan meminta kegiatan pukul memukul itu dihentikan. Sementara murid yang lain menonton, tidak lupa membawa kamera ponsel mahal mereka untuk merekam moment tersebut dan dijadikan berita utama.
"Pukuli kalau bisa sampai mati." ucap pria yang tengah duduk itu.
"Taehyung, maafkan aku. Aku sudah tidak kuat." lirih anak yang sedang dipukuli itu.
"Aku tidak perduli" ucap pria yang ternyata Han Taehyung itu sambil terus menonton anak itu disiksa.
~
Minyoung berlari secepat mungkin ke arah atap sekolah saat mendengar perbincangan beberapa murid jika terjadi pemukulan di atap sana. Belum lagi saat Minyoung tahu anak itu yang jadi korbannya. Dan yang membuat emosinya naik ke ubun-ubun, anak itu dipukuli karena hal tak masuk akal. Tidak mau menurut pada saat anak kepala yayasan memerintahnya untuk menari di depan kelas dengan tak memakai baju. Sakit jiwa Han Taehyung itu, begitu pikir Minyoung sekarang.
Sesampainya diatap ia berusaha menerobos kumpulan anak orang kaya yang menurutnya tak mempunyai otak. Bukannya menolong mereka justru merekam kegiatan tak manusiawi itu. Minyoung berhasil menerobos dan langsung menarik salah satu pria yang terus menginjak perut anak itu.
"Berhenti! Dimana otak kalian semua?!" Bentak Minyoung.
Seketika kelima pria itu berhenti dan memandang Minyoung dengan raut wajah bingung. Minyoung tak mengindahkan mereka dan langsung menunduk menolong anak itu. Tak lupa ia menempelkan tissu yang ia bawa untuk menahan darah dari hidung anak itu.
"Harta kalian ternyata tak sebanding dengan kosongnya otak kalian. Pernah kalian berpikir jika anak ini tewas bagaimana perasaan orangtuanya?" ucap Minyoung menatap tajam kelima pria itu.
Ia memapah anak itu dengan menaruh tangan anak itu dipundaknya. Langkahnya terhenti saat Taehyung berdiri didepannya.
"Jika ia tewas, itu akan menjadi urusan orangtuanya. Bukan dirimu yang merasa seperti pahlawan ini." balas Taehyung sambil tangannya ia masukkan kedalam saku celana.
"Setidaknya aku memiliki otak dan hati. Tuhan yang menentukan kapan ia akan mati. Bukan kalian" balas Minyoung tak kalah sengit.
Taehyung berjalan mendekat kearah Minyoung dan sedikit menunduk mensejajarkan tingginya dengan gadis itu.
"Jaga bicaramu jika tak ingin hal yang tidak kau inginkan terjadi." ucapan Taehyung membuat Minyoung mendengus kesal.
"Kenapa? Kau ingin menjebakku dengan menyuruh para asistenmu itu? Aku tidak takut." sarkas Minyoung lalu pergi bersama anak yang dipukuli untuk membawanya ke uks.
Taehyung tertawa kecil mendengar penuturan Minyoung. Berani juga gadis itu.
"Kau akan lihat nanti" pikir Taehyung sambil meninggalkan atap sekolah.
~