Ini buku kedua dari serialku. Kalau sudah pernah membaca buku pertamanya, kau bisa melewatkan bagian pengenalan ini dan melanjutkan. Kalau belum, jangan ke mana-mana dulu.
Aku ingin menyelamatimu karena menemukan buku ini. Aku senang kau membaca karya serius tentang politik dunia sungguhan, alih-alih membuang waktumu membaca sesuatu yang konyol semacam buku fantasi tentang karakter fiksi seperti Napoleon. (Kedua Napoleon itu, sebenarnya. Lewat cara mereka sendiri, keduanya mengalami sesuatu yang ada hubungannya dengan menjadi Blownapart—Diledakkan.)
Nah, aku harus membuat pengakuan. Aku benar-benar terganggu bila ada pembaca yang memutuskan untuk mulai membaca dari buka kedua dalam sebuah serial. Itu kebiasaan buruk—bahkan lebih buruk daripada memakai kaus kaki tidak serasi. Sebenarnya, dalam peringkat kebiasaan buruk, itu berada di suatu tempat antara mengunyah dengan mulut terbuka dan membuat suara ber-kwekkwek sementara teman-temanmu sedang mencoba belajar. (Coba saja lakukan itu sesekali—rasanya menyenangkan.)
Karena orang-orang sepertimulah kami para penulis harus mengacaukan buku kedua dengan segala macam penjelasan.
Pada dasarnya, kami harus menciptakan rodanya lagi—atau setidaknya memperbarui patennya.
Seharusnya kau sudah mengetahui jati diriku, kau paham tentang Lensa-Lensa Daya dan Bakat-Bakat Smedry. Dengan semua informasi itu, kau bisa dengan mudah memahami peristiwa-peristiwa yang menggiringku hingga bergelantungan pada tangga tali, mendongak menatap benda keren yang belum sempat kujelaskan.
Kenapa, sih, aku tidak menjelaskannya saja sekarang? Yah, dengan mengajukan pertanyaan itu, kau terbukti belum pernah membaca buku pertamanya. Biar kujelaskan dengan menggunakan alat peraga sederhana.
Apa kau ingat bab pertama buku ini? (Aku benar-benar berharap kau ingat, berhubung letaknya hanya beberapa halaman sebelumnya.) Apa yang kujanjikan padamu di sana? Aku berjanji tidak akan lagi mempraktikkan teknik penceritaan dengan akhir menggantung atau hal-hal lainnya yang bikin frustrasi. Nah, apa yang kulakukan pada akhir bab yang sama pula? Tentu saja, aku meninggalkanmu dengan akhir menggantung yang bikin frustrasi.