The Secret Of Atlantis

DYZ007
Chapter #3

Episode 3

Sesampainya di rumah. Aku langsung ke kamar, berganti pakaian dan menuju ke basecamp menemui kedua teman dekatku, yang dari tadi menungguku di sana.


“Lama banget dah, dari mana aja sih?” tanya Dani yang capek dari tadi menungguku.


“Keliling dunia dulu tadi,” jawabku bercanda.


“Yee, bercanda mulu, capek tau nunggu kamu dari tadi,” balas Dani dengan nada kesal.


“Udah lah. Hmm, apakah ada informasi terbaru mengenai Atlantis?” tanya Vano.


“Nah itu, aku mau cerita sesuatu,” jawabku.


“Cerita apa?” tanya Vano dan Dani berbarengan sambil menyiapkan diri untuk mendengarkan.


“Tadi kan, saat pulang sekolah aku ke kantin, karena diajak ketemuan sama Hendra berdua,”


“Hah? berdua? sepenting apa sih?” sahut Dani memotong ceritaku.


“Udahhh dengerin dulu,” ucapku kesal.


“Terus?” tanya Vano yang dari tadi penasaran kelanjutan ceritaku.


“Dia sekali lagi mengatakan bahwa Atlantis itu gak ada,” lanjutku.


“Tapi.... ada seorang laki-laki bernama Bram, dia salah satu penjual di kantin sekolah kita, dan katanya dia tahu dimana letak kota Atlantis itu, bahkan ingin mengajakku ke sana berdua sepulang sekolah besok. Namun aku tolak, karena aku gak mau berangkat tanpa kalian,”


“Aneh banget kan,” tanyaku bercanda mencairkan suasana.


“Ya, kita kan satu tim, walaupun beda keahlian, misalnya, Dani yang ahli dalam kimia, Vano yang ahli dalam bidang fisika dan matematika, juga aku yang ahli dalam bidang biologi. Tapi kita akan jadi kuat jika kita bersama, saling mengisi dan saling melindungi, apapun dan kemanapun kita harus tetap bersama. karena tidak ada kekuatan yang bisa menandingi kekuatan persahabatan,” ucapku, sambil tertawa kecil.


“Iya iyaa, tapi jika dipikir-pikir lagi. Kalau dia tahu dimana letak kota Atlantis, mengapa dia dengan mudahnya membuka rahasia itu ke orang lain, dan yang mencurigakan itu, dia sampai berani mau mengantarkan kamu ke sana, padahal itu tempat yang sangat-sangat tersembunyi dan rahasia,” jelas Dani curiga.


“Lebih sederhananya lagi, jangan mudah percaya kepada orang lain, apalagi yang baru kenal,” nasehat Vano.


“Hmm, dari pada kita diam saja menunggu munculnya informasi baru tentang Atlantis, mending kita cari sendiri aja, biar lebih cepat,” usulku random.


“Tapi mau cari dimana lagi Rey?, kan di internet juga tidak lengkap dan gak pasti kebenarannya,” ucap Dani dengan pasrah.


Vano mengeluarkan benda aneh dari sakunya.


“Dengan ini mungkin bisa,” Vano menebak-nebak.


Benda tersebut berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 4x4 cm, ketebalannya sekitar 1 cm, warnanya hitam dan terbuat dari besi ringan.


“Benda apa itu? dan apa fungsinya?” tanyaku penasaran.


“Gak tahu, aku masih belum membukanya sama sekali,” jawab Vano santai.


“Ini buatanmu sendiri?” tanya Dani sambil memegang benda tersebut.


“Ya bukanlah, mana ada orang yang gak mengerti cara menggunakan ciptaannya sendiri,” jawab Vano bercanda dan mengambil kembali benda itu dari tangan Dani.


“Lah, terus itu punya siapa?” tanya Dani kebingungan.


“Hmm, kemarin aku menemukan itu di mejaku saat aku kembali ke kelas sehabis istirahat di kantin, aku juga tidak tahu itu milik siapa, dan siapa yang menaruhnya, apa lagi dikelas tidak ada cctvnya,” jawab Vano santai.


“Lalu kalau bukan punya kamu, kenapa kamu ambil?, kan itu namanya mencuri,” ucap Dani sedikit marah.


“Udahlah. Gak perlu banyak tanya, ini teknologi yang belum pernah diciptakan sama sekali, aku sudah mengeceknya tadi,” Vano menjelaskan dengan kesal.


“Tapi kan itu sama saja dengan mencuri. Sini, aku kembalikan sendiri besok,” dengan cepat tangan Dani merampas benda itu yang sedang dipegang oleh Vano.


Dan “Klik"


Tanpa disengaja, Dani menekan tombol di bagian samping benda tersebut. Benda itu bergetar pelan dan mengeluarkan hologram berbentuk keyboard dan layar, seperti komputer layar lebar, tapi bedanya semuanya melayang di udara. Kami tertegun lama dan saling tatap satu sama lain.


“Bentar aku cek dulu,” Vano mencoba mengotak-atik benda tersebut. Selain pintar fisika dan matematika, dia juga pintar dalam mengoperasikan komputer.


“Wow menarik, ini cara kerjanya sama seperti komputer biasa, aku heran siapa yang membuat ini, sepintar apa sih, sampai dia bisa membuat komputer dengan ukuran kecil dan mudah dibawa kemana-mana,” Vano terkejut sekaligus senang sekali karena dia bisa mempelajari benda berteknologi tinggi itu.


Kami menjelajahi isi dari benda tersebut, saling bergantian mencoba berbagai fitur dalam komputer itu. Di dalam komputer canggih tersebut terdapat banyak sekali informasi yang tidak ada di komputer biasa.


“Hah?” kami berseru kaget bersamaan.


Kami gak sengaja membuka berkas yang berisi cetak biru senjata kota Atlantis, kami benar-benar gak sengaja membuka berkas itu, karena semua berkas di sana memang gak memiliki nama, hanya berbentuk persegi dan bernomor acak. Kami membuka berkas secara acak hingga kami menemukan berkas tersebut, dua berkas yang kami buka sebelum berkas penting itu, berisi angka acak. Mungkin itu kode dan kami gak dapat menerjemahkannya.


Dengan cepat Vano mengcopy cetak biru yang ada di komputer ke dalam tabletnya. Aku dan Dani hanya diam menatap layar hologram dengan perasaan yang campur aduk, antara senang karena mendapat informasi baru tentang Atlantis (yaitu senjata kota Atlantis). Bingung karena gak tahu siapa pemilik asli benda itu dan khawatir karena bisa jadi itu benda penting dan rahasia karena di dalamnya terdapat dokumen penting.


Setelah dia selesai mengcopy dokumennya, dia langsung berlari ke tempat eksperimennya untuk membuat senjata itu. Bentuk senjatanya mirip sekali seperti trisula di film anak-anak, untuk warna dan yang lainnya aku gak tau karena aku malas membaca deskripsinya, jadi aku hanya memperhatikan bentuk trisulanya saja.


Saat dia lagi asik bereksperimen. Aku dan Dani mencoba mencari fakta tentang Atlantis lebih dalam lagi.

Lihat selengkapnya