“kalo boleh tau ,, sebenernya kamu kenapa sih Rad? ,, jujur ajah ,, mana tau kakak bisa bantu masalahnya!” aku merasa ungkapannya bisa diterima oleh adiknya. Seketika Rad berbalik badan dan menghadap kakaknya walaupun masih dalam keadaan tertidur. Walalupun tatapannya yang kabur, seperti sedang canggung dan bingung. Tiba-tiba kata-kata aneh yang tidak terfikir oleh ku keluar dari bibir kecilnya itu, dengan muka agak memerah, dia berkata.
“kak ,,, a ,,, ku se ,,,dang jatuh cinta” jawaban kecilnya itu seakan membuat cicak pun rasanya tidak bisa mendengarnya, kata aneh yang terlantur di bibirnya itu seakan itulah alasan kuatnya, yang menurut ku sangat tidak penting. Dengan jawaban itu Rad segera memalingkan wajahnya kembali, karena menurutku dia sangat malu dengan keadaanya saat itu. Dengan kaget aku segera berdiri dan berputar dikamar, dengan jawaban yang tidak dapat diprediksi itu membuat ku, hanya ingin tertawa karena memang hanya hal bodoh ini yang membuat semua orang sakit. Aku hanya terdiam dan berpaling sembari menahan tawa, “dari tadi sepanjang ini hanya ini alasannya, emang dasar aneh” padahal Rad terkenal dengan orang yang keras dan sangat membenci sifat wanita yang manja,terlalu lebih mementingkan kecantikan dan uang. Tapi gadis jenis apa yang membuatnya menjadi seperti ini? Sampai malu, menyebunyikan alasannya, dan sangat kuat untuk mempertahankan alasan nya itu. Hanya itu yang terfikirkan oleh ku.
“heh ,,, dengan siapa kau jatuh cinta?” hanya jawaban itu yang ingin ku ketahui. Setelah terdiam lama, dia sama sekali tidak menjawabnya. Bahkan sudah sampai setengah jam aku menunggu sambil merapikan barang-barang untuknya pun, dia masih belum bisa menjawabnnya.
“Rad ,,, siapa sih? ,,, jawab dong ,,,” ucap ku lebih ditekankan agar bisa mendapat jawabannya. “dasar adik aneh ,,, siapa sih?? Haduh sumpah baru kali ini liat ,, dia seperti ini seumur hidup gak pernah deh ,,, huh” ucapku kesal dalam hati. Tiba-tiba saja dia mulai bangkit dari kasurnya, mendekat ke lemari dan mengambil baju baju yang akan dibawanya. Dengan heran, aku hanya berfikir mungkin dia sudah bisa menerimanya. Setelah 40 menit merapikan pakaian dan barang-barangnya bersama. Kita bersama menghempaskan badan ke kasurnya. Karena lelah aku menutup mata sejenak. Tanpa disadari aku sudah mulai mengantuk dan saat itu pula Rad mengakui gadisnya.