The Secret Of Snowflakes

Dyah Arum
Chapter #10

The Second Time

Pertanyaan itu yang membuatnya terlihat kaget, malu dan juga kesal. Sepertinya Dia merasa sangat canggung dan bingung untuk menjawab apa, entah apa yang ada dalam pikiranya. Bisa saja iya, bisa saja tidak, dijawabnya. Dia hanya mengusap ngusap leher belakangnya untuk beberapa saat sembari menghadap ke bawah. Sedangkan aku, memundurkan pundaku kekursi untuk lebih bersandar, menutup mata dan menghadapkannya ke langit-langit. “dasar! pikirannya masih anak-anak!” ucap ku keran dalam hati.

“ahaha ,, kau tenang sajah! ,, tidak akan menganggu kok!” jawabnya memastikan dan seadaanya.

“baiklah ,, lagian tenang sajah ,, aku tau kamu laku berat diluar ,,,” dengan ungkapan itu, fay dan Rad tertawa. Walaupun sebenarnya fay tidak tau benar dengan ungkapannya itu.

Waley yang kembali dari kamar mandi, melihat fay dan rad mendapat sedikit perkembangan, yang sudah kembali seperti sudah biasanya. Lalu, disusul dengan Teya dan Yui. Pada akhirnya mereka memulai makan siang mereka itu dengan bahagia, walau hanya sesaat.

Setelah makan dan berbelanja, mereka memutuskan untuk pergi ke pusat bermain gaming. Memang tempatnya tidak jauh dengan pusat perbelanjaan tadi. Melihat banyaknya orang fay hanya terdiam, memandang, memperhatikan dan menikmati kenikmatan yang hanya bisa dirasakan sesaat ini sembari berjalan menuju tempat tujuannya. Dalam perjalanan itu tanpa sengaja dia melihat seorang seperti laki-laki yang pernah ditemuinya, dia pun segera menyuruh mereka (teman-temannya dan rad) untuk pergi duluan. Dia mencoba untuk mendekati laki-laki yang sedang berjalan itu, dengan cepat. Ketika dia menarik baju hangat lelaki itu, tersentak laki-laki itu kaget dan menghentikan langkah jalannya. Lalu, Segera berbalik dan mencari inti dari pemberhetiannya itu. Ketika berbalik dia hanya memandang dengan kaget gadis yang ditemuinnya itu.

“ketemu!” ujarnya sentak, dengan ekspresi senang memenangkan sebuah hadiah.

Dengan topi hangat yang dipakai laki-laki itu dia menurunkan masker yang dipakainya. Dengan lirikan matanya dan muka heran dan penasaran, dia bertanya “kenapa?”

Lihat selengkapnya