“ADIIK??” ucapku kaget sambil menutup mulut,
Rey yang ikut kaget pun segera berhenti dan melihatku tidak mengangkat telfon tersebut, Ia pun segera menarik telfonnya dari genggamanku dan mengangkat telfon tersebut. aku yang terkaget pun dengan segera menyadarkan diri, dan mendengar pembicaraanya dengan nama panggilan “adik” itu. Setelah selesai, Rey memberikan kembali handphone tersebut kepadaku. Dan menjelaskan bahwa adikku bertanya “kenapa belum pulang? Padahal sudah jam segini?”, aku hanya meresponnya dengan diam. Lalu bertanya “dia laki-laki atau perempuan?”, dengan cepat Rey hanya menjawab “lihat saja nanti!”.
Dengan perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki tersebut membutuhkan waktu 15 menit dari rumah sakit tadi, entah kenapa Rey memasuki kawasan apartement. Memang terbilang elite karena ini termasuk kedalam apartement yang elite terlihat dari furnitur yang ada, dan pengamanan yang ketat, yaa ,, mungkin tingkat tengah. Tapi menurutku, punya rumah sendirilah diatas tanah milik sendirilah yang lebih susah. “Mmm ,,, mungkin keluargaku yang baru lebih suka tinggal disini!” ucapku dalam hati. Tanpa terasa kita memasuki dari ruangan ke ruangan dan mulai masuk lift untuk menuju suatu tempat yang disebut tempat tinggal itu.
“nah ,,, sampai!” ujar Rey cepat.
Dengan kaget dan heran, padahal ini seperti bukan tempat tinggal, dengan jelas ini adalah rooftop. “ apa maksudnya dengan sampai?” ucapku dalam hati. Dengan tampang senang Rey hanya memandangi kota tersebut dengan senang. Tanpa disadari, sebenarnya orang dengan status sahabat, bahkan saudara palsu ini agak sedikit tampan, hanya saja sifat anehnya itu yang menutupi semua ketampanan dan kegentle an nnya. Lalu, aku mengalihkan pandangan ku dan menghadap pada perkotaan yang terlihat indah tersebut.
“jadi intinya rumahku dimana?” tanyaku sejenak