The Secret of the Young Master

Ceena
Chapter #8

Menjadi pengasuh seperti menjadi pelayan bagi Jovita

Usai memarkirkan mobilnya di halaman, Jidan memacu langkah ke kamarnya di lantai dua. Satu hal perlu dipastikan, yaitu koper yang akan dia bawa untuk tur penyambutan mahasiswa baru di kampus mereka. Kelegaan berembus dari bibirnya jangka pintu dibuka. Geraknya lebih santai sebagaimana isi pikiran dia bahwa persiapan barang-barang selama perjalanan tentu sudah rampung berkat Nenek Moni.

"Di mana dia meletakkannya?" Kepala berputar mencari keberadaan tas sandang berbentuk kotak itu. "Mungkin disimpan di lemari," katanya seraya beringsut guna memeriksa dugaannya. Sejemang Jidan menggerutu kesal sebab mendapati lima buah tas terbaru satu model yang dia beli di akhir bulan kemarin masih tersusun di posisinya lengkap dengan plastik tebal yang membungkus rapi.

Satu kali embusan napas berat dia lepaskan, mendorong tungkainya untuk menemui Nenek Moni dalam keadaan marah.

"Hati-hati ya, itu guci peninggalan mendiang Tuan Besar Javier. Dia membelinya saat berlibur ke China dan corak seperti ini langka di pasaran." Tampak Nenek Moni mengawasi dua orang pelayan junior yang sedang membersihkan ruang baca di sisi tembok. Suara tegasnya tertangkap rungu Jidan, hingga kontan dia memutar badan untuk kemudian menghampiri si Kepala Pengurus rumah tersebut.

"Apa maksud Nenek?!"

"Tuan muda--" Nenek Moni menoleh, tersenyum formal sambil menghadap pemuda yang saat ini melihatnya melalui tatapan permusuhan.

"Kenapa tasku masih kosong, Nek?" Keras pada nada ucapannya menyebabkan pelayan junior di situ menunduk ketakutan.

"Jadi, itu alasan Tuan Muda mengamuk di sini?" Nenek Moni mendesah rendah usai memperhatikan bahwa pelayan-pelayan itu belum berani mengangkat kepala mereka. "Kecilkan suara Tuan muda, nanti mereka tidak betah bekerja di sini."

"Tasku, Nek! Ini tentang Tas! Bukan salahku kalau mental mereka lemah. Pergi saja bekerja di tempat lain!"

"Apa Jovita tidak mengurus Tuan Muda? Dia juga yang akan membantu menyusun pakaian ke dalam tas, dia hampir tiba." Melirik singkat ke belakang untuk memberi kode mata di mana hanya nenek Moni dan dua pelayan junior itu yang memahami. Kemudian, mereka melanjutkan lagi mengelap guci antik. "Sebaiknya tunggu di kamar, saya akan minta dia agar langsung ke atas." Senyum lebar dia tunjukkan, meski bagi Jidan Javier gelagat sekian adalah sebentuk titah membosankan.

-----

Jidan menutup muka dengan majalah fashion yang dia baca, telentang di sofa dan nyaris tertidur akibat mata mulai terasa lelah. Pupus rencana untuk beristirahat siang bertepatan pintu kamarnya dibuka, menyusul suara ringan sang pengasuh menginterupsi dia.

"Tuang Muda, Nenek Moni bilang saya harus menyusun pakaian Anda ke dalam tas. Tolong beritahu apa-apa saja yang perlu saya masukkan serta letak tasnya."

Lihat selengkapnya