Seperempat jam lamanya Jidan Javier uring-uringan di kamar, tepat setelah dia baru tiba dari kampusnya. "Dia tidak memasukkan yang ini, syal favoritku juga ditinggalkan. Bagaimana nasibku di sana jika semua ini tidak ada?! Aku bisa begadang dua minggu penuh gara-gara ketidakbecusannya." Tak tahu dengan siapa dia berbicara. Matanya tertuju pada selembar syal merah hati bermotif garis. "Aku harus apa sekarang?" Jidan cemas berlebihan gara-gara memikirkan dua benda tersebut. "Jam segini dia belum juga sampai, menyebalkan sekali. Tingkahnya selalu membuatku marah. Makhluk apa sebenarnya dia? Aku benar-benar tidak memahaminya. Oh Tuhan, Kurasa dia itu jelmaan kucing hutan. Ah, tidak! Itu agak menyeramkan ... Nanny-V di mana kau?!"
"Tuan Muda, Anda sedang apa di situ?"
"Kebetulan Nenek ke sini, di mana dia, Nek?"
"Siapa yang Tuan Muda maksud? Apa Jovita?"
"Selain dia siapa lagi, Nek? Dia sudah terlambat setengah jam. Aku bilang dia tidak bisa bekerja, tetapi dia pasti membantah lagi jika aku katakan ulang padanya."
"Tuan muda, Jovita tidak datang hari ini."
"Tolong hubungi dia--Nenek mengatakan apa barusan?! Dia tidak datang?"
"Jovita menghubungi saya pagi tadi. Dia mengalami insiden di rumahnya hingga pinggangnya sakit, dan itu mengakibatkan dia sulit bergerak."
"Baru berapa hari bekerja dan dia berani mengambil hari liburnya sendiri. Memangnya yang menggaji dia pamannya?" Nenek Moni telanjur menebak reaksi demikian. Jidan Javier si keras kepala tidak akan menoleransi hal apapun jika menyangkut permintaannya. Dia merasa gadis itu perlu berada di sini untuk menuntaskan tugasnya. "Nenek lihat ke situ! Apa yang harus aku perbuat terhadap barang-barang itu, Nek?! Nanny-V tidak menyusun semuanya ke dalam tas."
"Anda masih bisa melakukannya sendirian 'kan? Atau mau saya yang memasukkan?"
"Tidak!" Si Tuan Muda berseru cepat. "Nanny-V, Nek. Aku mau dia, kesalahan itu adalah tanggungjawabnya."
"Kita tidak mungkin memaksanya datang. Dia dalam keadaan sakit, Tuan Muda."
"Dia masih sanggup berjalan 'kan?" Sepasang alis Nenek Moni bertaut bingung, aku ingin dia kemari secepatnya. Jika perlu kita bisa menjemputnya, Nek."
"Tuan Muda--"
"Nenek sangat mengenalku, apa perlu kita memperdebatkan ini lagi? Aku mau Nanny-V, Nek!" Mutlak titahnya dituturkan. Nenek Moni terbiasa mendesah panjang setiap berurusan dengan sikap semaunya Jidan Javier.
-----
"Aku jadi merepotkan dirimu, Kak."