The Secret of the Young Master

Ceena
Chapter #11

Ledakan amarah Jovita

Jovita tertatih selagi dia mengikuti pergerakan si Tua Muda. Keningnya berkerut tajam, bibir mencebik lengkap dengan pandangan luar biasa jengkel. "Aku bersusah payah menyusunnya selama berjam-jam dan ini yang Tuan Muda lakukan? Kenapa tasnya dibongkar lagi?"

"Salahmu sendiri! Aku tidak kaget mengenai cara kerjamu yang buruk. Lihat barang-barang ini!" Seraya telunjuknya mengabsen satu-persatu bermacam benda di permukaan kasurnya. "Kau hampir meninggalkan semuanya.

"Dan kau menyalahkan diriku?! Biar aku jelaskan situasi sebenarnya, barangkali kau lupa. Aku menuruti perintahmu, aku menghafal apapun yang kau sebutkan untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan, kecuali barang-barang ini." Jovita tak ingin mengalah begitu mudah saat dia sendiri yakin telah melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan sesuai arahan.

"Jadi, kau ingin memindahkan kesalahanmu padaku? Seharusnya kau bertanya, Nanny-V! Kau punya mulut 'kan? Dan hal seperti itu biasa dilakukan orang-orang ketika dia meragukan hasil pekerjaannya, kau bisa memastikan ulang padaku. Masih menyangkal?!" Tuan Muda arogan nan keras kepala, justru dia tak mengindahkan bagaimana berang mimik Jovita berikut rongga dada naik turun oleh pernapasan berantakan. Gadis ini menekan kuat amarahnya, mengandalkan sisa kesabaran. Kendati pikiran menolak, dia tetap memungut benda-benda dari atas ranjang Jidan Javier untuk diletakkan tak jauh dari tas serta pakaian yang kini berserakan di sekitar.

"Aku membencinya! Aku sangat membencinya! Aku bersumpah, aku membencimu Javier! Dasar, rubah albino!"

Apa saja benda di situ pun menjadi sarana pelampiasan. Jovita memukuli piyama, bantal juga segala yang dapat menampung tinjunya. Kontras terhadap si Tuan Muda, bibirnya melengkung lebar sambil menatap punggung pengasuhnya dengan binar senang dan puas. Dia bangga sebab berhasil menarik paksa Jovita agar mau memenuhi permintaannya.

"Kerja yang benar ya, Nanny-V." Seringai tipisnya bersembunyi bagai ejekan sebelum dia berjalan angkuh menuju balkon sebagai lokasi favorit untuk melewati waktu senggang.

-----

Kemarahan tadi terus menguasai Jovita. Daripada merapikan kembali baju-baju dan perlengkapan si Tuan Muda, dia betah mengumpat. Baru sepertiga tas terisi, mendadak emosionalnya naik ke permukaan. "Aku tidak sudi! Dia sendiri yang mengeluarkan barang-barang ini lagi, aku mau pulang." Buru-buru bangkit, mengentak pijakan seakan dia berniat menghancurkan lantai dengan tapak kakinya. Sejenak melupakan ngilu di pinggang akibat pikirannya pun telak tunduk di bawah kendali amarah. "Dia pikir bisa terus bersikap seenaknya padaku?!" Kata-kata ini terang sekali mengandung penekanan, persis gaya seseorang saat dirundung kesal. "AKU MAU PULANG!" Teriakan sekian terdengar lantang ke telinga Jidan Javier. Dia menengok lekas, disusul decak kasar terangkai dari bibirnya.

"Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"

"Sekali lagi aku katakan, pulang! Kau tidak boleh memperlakukan aku seperti ini!"

"Apa?!" Jidan menegakkan punggung, menurunkan tungkainya yang semula dia naikkan ke meja. "Berani sekali kau membentak."

Lihat selengkapnya