The Secret of the Young Master

Ceena
Chapter #17

Perjalanan berlanjut

Jovita terkesiap ketika bibi Marini memberikannya bingkisan cenderamata. Dia ingat betul tidak terlibat interaksi intens dengan wanita paruh baya itu, sekadar bertukar senyuman tulus sebagai sambutan manis.

"Aku harus bereaksi seperti apa?!" Tanggapnya polos seraya memperhatikan kantung berukuran sedang disodorkan kepadanya.

"Ambil saja," kata Javier. "Itu pertanda bahwa bibi menyukaimu." Jovita saksama mengamati kesungguhan di mata Tuan Mudanya sebelum pada lipatan menit berikutnya dia mengambil suvenir tersebut.

"Kalian sudah siap?" Interupsi ini datang dari Calestino jangka dia mendapati Jovita dan Jidan masih berdiri tenang di depan bagasi mobil. "Vit, barang-barang milikmu sudah masuk semua? Kalau iya tutup saja pintunya agar kita bisa segera berangkat. Takutnya hujan kembali turun, kita tidak mau membuat teman-teman lain khawatir 'kan?"

"Aku akan berpamitan sebentar dengan bibi Marini." Jawaban gadis ini dibalas anggukan ringkas oleh Calestino.

"Aku tunggu di mobil, ya--Bibi, terima kasih. Kapan-kapan aku datang lagi untuk makan ubi bakar buatan Bibi." Dan Calestino pergi ke mobil usai bibi Marini menghadiahi senyuman untuknya. 

"Datanglah kemari saat kau punya waktu, Nak." Bibi Marini memeluknya, memeluk si Tuan Muda tanpa sedikitpun rasa canggung. Sedang, fakta demikian menyebabkan Jovita melongo. Dia menutupkan perlahan-lahan pintu bagasi van sambil matanya tetap melirik adegan di luar nalarnya selama ini. Dia sungguh-sungguh tidak mengira Jidan Javier si Tuan Muda menjengkelkan bisa bertindak sehangat ini kepada orang lain. "Jangan menyerah, kejarlah dia! Kau punya peluang besar untuk mendapatkannya." Sekadar bisikan, tentu Jovita tidak akan mendengarnya.

"Aku tahu. Tolong jaga kesehatan Bibi, ya." Terbaca kemurnian dari nada suaranya, Javier benar-benar menyimpan kepedulian terhadap wanita paruh baya itu.

-----

"Kalian seperti pasangan saja, masuknya pun barengan," sindir Calestino kala menemukan Jovita dan Jidan membuka pintu samping dalam waktu yang bersamaan.

"Ini untukmu." Namun, Javier tak acuh terhadap cibiran itu. Justru dia menyerahkan buah tangan pemberian bibi Marini untuk teman karibnya. "Dia bilang supaya kau tetap segar dan tidak mengantuk. Soalnya sudah pukul sembilan sekarang dan perjalanan kita masih satu jam lebih lagi."

"Ini apa, masih panas." Calestino  mengambil cup berukuran sedang itu sebelum menaruhnya di holder botol.

"Minuman jahe."

"Jahe?!" Serunya sedikit kencang usai mendengar jawaban datar si Javier.

Lihat selengkapnya