Regan sedang sibuk memberi makan kudanya ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Ada apa kau mencariku? Kau merindukanku?" Tanya Regan enteng sambil tersenyum simpul. Laki-laki yang memiliki tubuh tegap dan tinggi serta mata coklat yang manis itu senang sekali menggoda Alea.
"Tentu saja. Aku sangat merindukanmu, ember mungil yang lucu" jawab Alea sambil mengetuk-ngetuk ringan ember kecil di sebelah kaki Regan yang berisi air untuk minum kudanya.
"Tidak lucu. Ada apa kau mencariku?" Tanya Regan sekali lagi. Kali ini dengan nada serius tapi tanpa menghilangkan senyum di ujung bibirnya. Alea kemudian berdiri di samping Regan dan berkacak pinggang.
"Antar aku ke perpustakaan"
"Apa?"
"Antar aku ke perpustakaan" ulang Alea.
"Hei ayolah, kau sudah dewasa, kau bisa berjalan sendiri kesana" jawab Regan sambil bersikap seperti tak acuh.
"Regan, ini perintah"
"Baiklah" jawab Regan pasrah. "Kadang aku lupa bahwa kau seorang putri yang senang memerintah." Alea terkekeh ringan. Ketika Regan melangkahkan kakinya ke arah tempat Alea muncul, Alea justru melangkah ke arah yang sebaliknya. Ia melangkah ke arah kudanya Regan. Regan kemudian mengerutkan keningnya menuntut jawaban.
"Ada apa? Ayo naik kuda. Kau mau membiarkan seorang putri berjalan kaki?"
"Hei...kau datang kesini berjalan kaki, lalu kenapa sekarang kau mau naik kuda ku?" Alea kemudian menyilangkan tangannya di depan dada dan mengangkat bahu nya tanpa memberi jawaban apa-apa.
Regan menghela nafas pelan sambil tersenyum. Senyumnya adalah senjata untuk para wanita. Tak ada wanita yang tak luluh terhadap senyumannya, kecuali Alea. Ia tak pernah melihat senyuman Regan sebagai sesuatu yang spesial atau hal yang dapat meruntuhkan dinding hati nya yang beku dan kokoh.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Regan begitu diminati banyak wanita. Bagaimana tidak? Ia adalah seorang pemuda yang menawan. Ia memiliki badan yang tinggi, dadanya bidang serta rambut coklat yang senada dengan warna matanya.
Mata itu selalu menampilkan kehangatan dan kasih sayang. Perilakunya begitu lembut walaupun ia adalah seorang panglima perang yang tak segan-segan menghunuskan pedang pada lawannya.