Di tengah istana megah Kerajaan Cahaya, kilau sinar dari dinding-dinding marmer yang memancarkan kemurnian dan ketenangan terasa begitu menenangkan. Para penjaga dan pendeta di kerajaan itu menjalani tugas mereka dengan keyakinan bahwa kedamaian telah kembali pasca penyegelan Azazel. Namun, jauh di dalam kegelapan, rencana yang lebih licik sedang berjalan.
Vireus dan Morana tahu bahwa mereka tak bisa langsung menyerang Kerajaan Cahaya secara frontal. Tujuh senjata dosa yang mereka incar masih terlindungi dengan baik, dan para Wielder berada dalam pengawasan ketat. Namun, mereka memiliki satu senjata yang belum digunakan sosok yang dapat menyusup, mengambil informasi, dan membawa rahasia dari dalam kerajaan.
Orang ketiga mereka adalah Silas, seorang ahli manipulasi dan tipu daya. Silas adalah seorang penipu ulung yang memiliki kemampuan untuk merubah wujud dan berbaur dengan siapa saja. Kemampuannya membuatnya sempurna untuk menyusup ke dalam tempat yang bahkan dijaga oleh kekuatan cahaya. Setelah keberhasilan Vireus mendapatkan Aegisra, pedang kemarahan, giliran Silas untuk membuktikan kemampuannya.
Di Istana Cahaya
Silas telah menyusup selama berminggu-minggu, menggunakan identitas palsu sebagai seorang pelayan sederhana bernama Lucien, yang bekerja di istana. Dia telah mendapatkan kepercayaan dari beberapa pelayan dan bahkan para penjaga, berkat sikap rendah hatinya yang meyakinkan. Dalam penampilannya sebagai Lucien, Silas tampak seperti pria muda yang tak mencolok, selalu menjalankan tugasnya dengan patuh dan taat.
Namun, jauh di dalam, Silas diam-diam memperhatikan setiap detail. Dia mengetahui rencana dan persiapan yang dilakukan oleh Dewi Cahaya, Elarion, dan juga para Wielder yang sering datang ke istana untuk rapat rahasia. Informasi ini berharga untuk diberikan kepada Vireus dan Morana.
Suatu malam, Silas mendapat kesempatan emas. Dewi Cahaya sendiri memimpin pertemuan rahasia di ruang strategis istana, sebuah ruangan suci yang hanya bisa diakses oleh mereka yang diizinkan oleh Elarion. Dia mendengar bisikan tentang rencana penyerangan ke markas kegelapan yang tersembunyi, lokasi di mana Morana dan Vireus bersembunyi.
"Jika kita berhasil menghancurkan tempat persembunyian mereka, kita bisa menggagalkan usaha mereka sebelum mereka menyatukan semua senjata," kata Elarion dengan tenang, tapi penuh tekad.
Thyron, meskipun kehilangan Aegisra, mengangguk. "Kita harus bergerak cepat. Kegelapan sudah mulai menyebar, dan mereka pasti berencana untuk mengambil senjata-senjata lainnya."