Di dalam kegelapan gua yang dalam dan terasing, di mana cahaya matahari tak pernah menyentuh tanah, Vireus dan Morana duduk mengelilingi api kecil yang redup. Bayangan mereka tampak menari di dinding gua, mencerminkan pikiran penuh perhitungan yang berkecamuk di benak mereka. Setelah berhasil menguasai Sin of Wrath, Sin of Envy, dan Sin of Greed, mereka tahu bahwa langkah berikutnya akan menjadi kunci untuk memenangkan perang ini.
Ada empat senjata legendaris yang masih belum mereka dapatkan: Sin of Gluttony, Sin of Sloth, Sin of Lust, dan Sin of Pride. Senjata-senjata ini dijaga oleh para Wielder yang kuat, yang tersebar di berbagai wilayah. Untuk menyatukan ketujuh senjata dosa, Vireus dan Morana tahu bahwa mereka harus merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati.
Peta Kekuasaan
Di atas tanah, Vireus membuka gulungan peta yang telah mereka curi dari istana Kerajaan Cahaya. Peta itu menunjukkan lokasi para Wielder yang tersisa beserta kekuatan masing-masing kerajaan yang melindungi mereka. Vireus menunjuk ke empat titik yang ditandai dengan simbol-simbol sihir kuno.
“Di sini,” kata Vireus, suaranya berat namun penuh keyakinan. “Empat Wielder yang tersisa bersembunyi. Kita tahu bahwa mereka akan memperkuat pertahanan mereka setelah kita mengambil tiga senjata. Tapi mereka tidak menyadari bahwa kita sekarang memiliki kekuatan lebih besar. Kita tidak bisa menyerang langsung seperti sebelumnya.”
Morana menatap peta dengan mata tajam, senyum licik terukir di wajahnya. “Mereka berpikir dengan kekuatan gabungan mereka, mereka bisa menghentikan kita. Tapi kita tidak perlu menghadapi mereka sekaligus. Kita harus memecah kekuatan mereka.”
Dia menatap senjata Sin of Greed yang kini berada di tangannya. Mammoth, iblis keserakahan yang kini bersemayam dalam pedang itu, memberinya ide untuk menanamkan rasa ketidakpuasan dan perpecahan di antara para Wielder. “Kita bisa menggunakan kelemahan mereka. Keserakahan, iri, dan kemalasan selalu menjadi musuh cahaya.”
Vireus mengangguk setuju. “Kita akan memancing mereka satu per satu. Mereka berpikir bisa bekerja sama, tapi manusia—bahkan yang bersekutu dengan cahaya—pada akhirnya hanya akan saling curiga dan ingin lebih dari yang lain.”
Memecah Kekuatan Cahaya
Morana menunjuk pada wilayah yang paling dekat dengan mereka, sebuah kerajaan yang dikuasai oleh Nergal, Wielder Sin of Sloth. Nergal dikenal sebagai pemegang senjata yang paling malas, namun kekuatannya sangat berbahaya karena mampu memperlambat waktu dan memperlemah musuh dengan kemalasan yang menular.
“Dia adalah yang terlemah dari mereka. Kita harus mulai dengan dia,” kata Morana. “Namun, meskipun dia lemah, kita tidak bisa menghadapinya dengan kekuatan kasar. Kemalasan bisa melumpuhkan pasukan kita bahkan sebelum kita sampai padanya.”