Di tengah malam yang kelam, di bawah cahaya bulan yang redup, Vireus dan Morana bersiap menjalankan rencana mereka. Kedua Wielder yang menjadi target malam ini adalah Nergal, pemegang Sin of Sloth, dan Lilith, pemegang Sin of Lust. Serangan mereka akan dilakukan dengan penuh perhitungan, menggunakan strategi yang telah mereka siapkan dengan matang.
Serangan Terhadap Nergal: Sang Pembawa Kemalasan
Kerajaan di mana Nergal berkuasa terletak di dataran tinggi yang dingin dan penuh kabut. Penduduknya jarang bergerak cepat, selalu diliputi oleh rasa kantuk dan kemalasan yang merambat melalui udara. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh atmosfer kerajaan, melainkan oleh pengaruh langsung dari Sin of Sloth yang dikendalikan Nergal.
Vireus dan Morana sudah tahu, menyerang Nergal secara langsung bisa berarti kehancuran bagi mereka. Kekuatan kemalasan sanggup melumpuhkan musuh sebelum mereka sempat mengangkat senjata. Oleh karena itu, mereka memilih pendekatan yang lebih licik.
Memancing Perpecahan
Mereka menyebarkan rumor di kalangan para Wielder cahaya, mengatakan bahwa Nergal telah menyembunyikan kekuatan sejati yang dapat mengalahkan siapa pun, namun ia terlalu malas untuk menggunakannya. Kabar tersebut mulai menimbulkan kecurigaan di antara Wielder lainnya. Para Wielder yang terjebak dalam kecemasan mulai meragukan kesetiaan Nergal kepada mereka. Lilith, pemegang Sin of Lust, terutama menjadi sasaran utama dari desas-desus ini, karena dia tak pernah percaya sepenuhnya kepada Wielder lainnya.
Dengan siasat yang cerdik, Vireus dan Morana membuat para Wielder berpikir bahwa Nergal mungkin menyimpan kekuatan besar yang suatu saat dapat menjadi ancaman bagi mereka semua. Sedikit demi sedikit, Nergal mulai diabaikan oleh para sekutunya, dan rasa curiga itu membuahkan hasil yang diinginkan. Dengan perpecahan yang terjadi, Nergal semakin terisolasi, tepat seperti yang mereka rencanakan.
Serangan Mematikan
Ketika Nergal sendirian di istananya, di saat pertahanan kerajaannya melemah, Vireus dan Morana melakukan serangan. Mereka tahu bahwa kecepatan adalah kunci melawan kekuatan Sin of Sloth. Mereka mendobrak masuk melalui gerbang yang dijaga dengan longgar oleh prajurit-prajurit yang sudah dilanda kemalasan. Setiap langkah mereka didampingi oleh energi gelap dari senjata legendaris yang mereka pegang.
Nergal, yang berada di atas takhta dengan mata setengah tertutup, hampir tidak bereaksi ketika mereka masuk. Namun, kekuatan kemalasannya mulai terasa. Gerakan Vireus dan Morana mulai melambat, tubuh mereka menjadi berat seperti ditarik oleh gravitasi yang tak terlihat.
“Aku tahu kalian akan datang,” ujar Nergal dengan suara malas. “Tapi… aku terlalu malas untuk peduli.”
Namun, Vireus telah mempersiapkan diri. Dengan kekuatan Sin of Wrath, dia membangkitkan energi amarah yang mampu menahan pengaruh kemalasan yang menyelimuti ruangan. Morana mengikuti dengan kekuatan Sin of Greed, membiarkan rasa haus akan kekuatan menggerakkan dirinya melawan energi yang melemahkan itu.