Di tengah malam yang sunyi, di dalam gua gelap tempat Vireus dan Morana berlindung, bayangan-bayangan mulai bergerak dengan perlahan. Mereka datang tanpa peringatan, tanpa suara, dan tanpa belas kasihan. Dua dari Wielder terkuat Kerajaan Cahaya, Gormund, pemegang Sin of Gluttony, dan Arrogantis, pemegang Sin of Pride, telah memutuskan untuk tidak menunggu lagi. Mereka telah mendengar bahwa Vireus dan Morana telah mengumpulkan empat dari tujuh senjata legendaris. Mereka tahu, jika menunggu lebih lama, dunia akan jatuh ke dalam kegelapan yang tak dapat mereka hentikan.
Mereka datang untuk menghentikan Vireus dan Morana, tetapi nasib tidak selalu berpihak pada yang kuat.
Pengepungan di Gua
Morana, yang tengah mempelajari kekuatan baru dari Sin of Lust yang dia rebut dari Lilith, tidak menyadari kehadiran musuh yang mengintai di sekitarnya. Di luar gua, Gormund dan Arrogantis menyusun rencana dengan cermat. Gormund, yang kekuatannya berasal dari hasrat yang tak terpuaskan untuk menyerap kekuatan lawan, percaya bahwa dia bisa menyerap kekuatan Sin of Lust dan Sin of Greed yang dipegang Morana.
Sementara Arrogantis, dengan kebanggaan yang begitu besar pada dirinya, menganggap bahwa kekuatan Sin of Pride miliknya cukup untuk menaklukkan Morana. Bagi Arrogantis, tidak ada yang lebih kuat dari dirinya. Dia percaya bahwa kemenangan adalah haknya yang sudah pasti.
Ketika malam semakin larut, Gormund dan Arrogantis menyerbu masuk ke dalam gua dengan kekuatan yang dahsyat. Gormund mengayunkan senjatanya, sebuah kapak besar yang terbuat dari energi gluttony yang bisa menyerap apapun yang disentuhnya. Sementara Arrogantis maju dengan pedang kebanggaan yang bersinar terang, melambangkan kepercayaan dirinya yang tak tergoyahkan.
Morana bergegas mengangkat senjata Sin of Lust dan Sin of Greed, tetapi serangan mendadak itu terlalu cepat. Gormund menyerang pertama, dan dalam satu ayunan kuat, dia berhasil meretakkan pertahanan Morana. Kekuatan serakah dari Sin of Greed tampak tidak berdaya di hadapan hasrat tak terpuaskan Gormund untuk menguasai lebih banyak. Kapaknya menyerap energi dari Morana, melemahkan tubuhnya seiring dengan setiap serangan.
Di sisi lain, Arrogantis maju dengan keyakinan penuh. Pedang Sin of Pride di tangannya berkilauan dengan aura arogan yang membakar. Setiap kali Morana mencoba menyerang dengan ilusi dan pesona dari Sin of Lust, Arrogantis hanya tertawa. Kebanggaannya melindunginya dari ilusi dan godaan, membuat serangan-serangan Morana tidak berarti.
“Apakah ini semua yang kau miliki, Morana?” cemooh Arrogantis. “Kau tak layak memiliki senjata sebesar ini. Hanya aku yang pantas!”
Dengan satu serangan telak dari Gormund dan Arrogantis, Morana terpental ke dinding gua, tubuhnya terluka parah. Nafasnya tersengal-sengal, darah mengalir dari luka di lengannya. Dia merasa kekuatan senjata-senjata legendaris yang dia pegang mulai menjauh darinya. Gormund semakin mendekat, siap untuk menyerap semua kekuatannya.