The Seven Sin Weapons: The War of Light and Darkness

Rizky Yahya
Chapter #10

Chapter 10:Serangan Terakhir Vireus ke Kerajaan Cahaya

Di puncak kemarahan yang tak tertahankan, Vireus memutuskan untuk bertindak sendiri. Pertarungan sebelumnya telah membuatnya semakin haus akan kekuatan, dan kejatuhan Gormund serta Arrogantis hanya menambah bara dalam api amarahnya. Kali ini, dia tidak akan menunjukkan belas kasihan. Kerajaan Cahaya yang selama ini dianggap sebagai benteng terakhir harapan dan kedamaian, akan dihancurkan hingga tak bersisa.

Dengan senjata Sin of Wrath yang telah berevolusi di tangannya, Vireus memutuskan untuk mengakhiri perlawanan ini sekali dan untuk selamanya. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Dengan Morana yang masih dalam pemulihan setelah serangan sebelumnya, Vireus memilih untuk menyerang sendirian. Dia akan mengambil senjata Sin of Gluttony dari Gormund dan Sin of Pride dari Arrogantis—dua senjata terakhir yang diperlukan untuk menyatukan kekuatan penuh kegelapan.

Perjalanan Menuju Kerajaan Cahaya

Dengan langkah cepat, Vireus meninggalkan markasnya di pegunungan dan bergegas menuju Kerajaan Cahaya. Tidak ada yang bisa menghentikan niatnya kali ini. Angin malam bertiup kencang di sekelilingnya, seolah-olah merasakan kemarahan yang menyelimuti tubuhnya. Langkahnya berat, penuh dendam dan amarah yang semakin membesar seiring dengan setiap detik yang berlalu.

Kerajaan Cahaya terletak di puncak bukit yang tinggi, dikelilingi oleh tembok-tembok besar yang dibangun untuk melindungi dunia dari kegelapan. Namun, Vireus tahu bahwa tembok-tembok ini tidak akan cukup kuat untuk menahan serangan dari seorang Wielder yang mengendalikan Sin of Wrath.

Ketika ia mendekati gerbang besar kerajaan, penjaga-penjaga di atas tembok terkejut melihatnya. Wajah mereka berubah pucat saat menyadari siapa yang datang.

"Dia datang! Vireus ada di sini!" teriak salah satu prajurit, mengingatkan seluruh penjaga kerajaan. Tapi itu sudah terlambat.

Dengan satu ayunan senjata Sin of Wrath, Vireus menghancurkan gerbang besar yang menjadi pintu masuk kerajaan. Dinding-dinding batu raksasa itu runtuh seperti pasir di hadapan kekuatan amarah yang meledak dari dalam senjata legendarisnya. Guncangan keras itu terdengar di seluruh penjuru Kerajaan Cahaya, membuat para penduduk dan prajurit panik.

Kemarahan Tak Terkendali

Vireus masuk ke dalam kerajaan tanpa hambatan. Prajurit-prajurit yang mencoba melawannya langsung dihancurkan oleh energi yang terpancar dari senjatanya. Setiap langkahnya meninggalkan jejak kehancuran. Bangunan-bangunan yang sebelumnya berdiri kokoh kini runtuh menjadi puing-puing. Api amarah yang membakar dari dalam hati Vireus semakin membesar, menghanguskan segala sesuatu yang dia lewati.

Lihat selengkapnya