The Shadow In Your Love

Kamalsyah Indra
Chapter #2

Penghalang Rencana.

Mereka masuk lift kembali, menuju lantai 4. Tempat di mana mereka janjian untuk bertemu seseorang yang akan membantu mengeruk simpanan uang dan emas di bank itu. Lift berjalan lambat, R1 dan teman-temannya tidak mengetahui bahwa panggilan bantuan oleh satpam tadi sudah tersebar ke seluruh pasukan keamanan bank melalui HT.

"Mereka ke lantai 4, cepat kita hentikan mereka sebelum terlambat!" ujar komandan keamanan bank memberi perintah pada anak buahnya, melihat pergerakan angka lift.

"Siap komandan!" Semua anak buahnya bergerak cepat menaiki anak tangga menuju lamtai 4.

Lift berhenti di lantai 4. R1 dan anak buahnya bergerak cepat menuju ruangan yang menjadi tempat di mana mereka menyembunyikan tas berisi peralatan merampok.

Tetapi sialnya, mereka kurang cepat bergerak. Para anggota keamanan sudah berdiri mengelilingi R1 dan anak buahnya di lorong menuju tempat yang hendak mereka tuju. "Kalian tidak bisa ke mana-mana lagi!" kata komandan keamanan bank, muncul dari balik barisan anak buahnya. R1 melirik ke arah para keamanan. Menghitung jumlah anggota-anggota keamanan.

"Lima belas!" Hitungnya dalam hati. Kemudian dia tersenyum. "Jadi hanya segini anak buah dia?" bisiknya lagi sambil menghela napas.

"Tangkap mereka dan habisi hingga tak ada yang tersisa!" pekik komandan satpam memberi perintah.

"Siap komandan!" Semua anggota keamanan mengeluarkan senjata berupa tongkat listrik. Satu persatu anak buahnya maju menyerang R1 serta komplotan perampok lainnya.

"Kalian bersiaplah, kali ini rencana kita tak boleh gagal!" kata R1 memberi peringatan pada semua anggota. Ke empat laki-laki itu mulai menyerang kala para satpam mulai bergerak.

Mau tidak mau, perkelahian antara dua kubu pun tidak dapat dihindari. Kedua kubu saling baku hantam, menendang, menangkis dan membuat lawannya jatuh tak berkutik hingga pingsan. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk saling menghabisi nyawa.

Perkelahian antara kedua kubu berlangsung sengit dan lama, kali ini perlawanan dimenangkan oleh pihak R1 dan kawan-kawannya. Walau sebagian di antara mereka dipenuhi luka lembab akibat terkena tongkat listrik anggota keamanan bank. Satu persatu pasukan keamanan bank berjatuhan tanpa tersisa, tergeletak tak sadarkan diri.

Kini, hanya tinggal komandannya saja. Laki-laki berseragam safari berwarna hitam itu cukup terkejut oleh kehebatan kubu R1 yang begitu mudah mengalahkan para anak buah yang menurutnya sangat hebat dan bisa diandalkan.

"A-apa ini? Mereka berhasil mengalah semua anak buahku? Jangan-jangan mereka komplotan perampok yang sering menjadi buronan polisi?" bisik komandan keamanan, nyalinya sedikit menciut melihat kehebatan para perampok di hadapannya itu. Dia berusaha mengenali wajah-wajah tiap anggota komplotan perampok itu. "S-sebenarnya siapa kalian?"

R1 tersenyum, "Kau gak perlu tau siapa kami. Yang perlu kau ketahui, nyawamu akan berakhir di tangan kami. Jadi, lebih baik kau banyak berdoa!"

Wajah komandan keamanan itu mulai ketakutan dengan ekspresi semakin serius tatkala telinganya mendengar kaliamat ancaman dari R1. Rahangnya melebar, giginya bergemerutuk dan jari-jemarinya mulai mengepal dengan erat. Dia sadar, dirinya tak akan bisa mengalahkan keempat perampok yang menurutnya sangat hebat, seorang diri.

"Kenapa? Kau takut?"

"Sebagai kepala keamanan, aku gak akan pernah takut oleh cecunguk-cecunguk seperti kalian!"

Lihat selengkapnya