R1 mengelap pisau serta tangan yang terkena darah para satpam dan komandan keamanan itu dengan sapu tangan. Lalu dia menghampiri anak buahnya yang sudah menunggu terlalu lama.
"Bodoh!" pekik R3 yang sedari tadi sudah sangat kesal dengan R1 yang terlalu banyak membuang waktu. "Lihat atas kebodohanmu yang membuang-buang waktu, waktu kita sudah banyak terbuang hanya meladeni satpam pecundang itu!" ocehnya, tetapi R1 mengabaikan ucapan R3 yang terlalu berisik di telinga. Dia menunjukan jam di pergelangan tangan.
"Hei ... gue lagi bicara sama elu!" pekik R3 semakin kesal, lalu dia menarik bahu R1 hingga menghadapnya. "Elu dengar kan apa yang gue bilang?"
"Gak ada yang perlu gue tanggapi. Di sini ketuanya adalah gue, jaga sikap elu ini di depan yang lainnya!"
"Brengsek!" pekik R3 melayangkan satu pukulan keras menghantam wajahnya. Setetes dari meluncur dari dalam lubang hidungnya. Tatapan bengis dan tidak sudah diperlihatkan dengan jelas ke R3. "Elu hanya ketua kelompok cadangan sampai kita mengadakan pemilihan selanjutnya. Jangan sok berkuasa!" bentak R3.
"Terus, elu mau apa? Bukannya elu dan yang lainnya mengusulkan gue untuk jadi ketua dalam aksi kali ini? Jadi, gue berhak melakukan misi ini sesuai keinginan gue!" sergah R1, nada bicaranya seolah sedang menantang duel R3.
"Makin sombong lu!" tandas R3 mengepalkan tangan. Lalu dia melayangkan tinjukan ke wajah R1. Laki-laki bertubuh kekar dan berahang tegas itu menghentikan laju gerak tangan R3.
"Terus ... lu mau berkelahi, huh?" tanya R1 tegas, matanya semakin terbuka lebar dengan rahang semakin melebar. "Gue akan ladenin bila ini mau elu!" tukasnya hendak memukul wajah R3 yang berwarna sawo matang.
"BERHENTI!" teriak R2 kesal. "Mau sampai kapan kalian bertengkar, huh? Lihat ...." Dia menunjuk ke arah luar jendela lantai 4. "Hari sudah mulai terang, lebih baik kalian hentikan dan kita lanjutkan misi kita ini!" usulnya. R1 dan R3 terdiam, lalu R1 melepaskan tangan R3 dan menurunkan tangan kanannya yang dikit lagi berhasil memukul wajah R3.
R1 menghela napas. "Baiklah, gue akan lepaskan elu kali ini demi misi yang sudah sekian lama kita rencanakan. Ayo kita lanjutkan bertemu karyawan itu!" ujar R1. R3 masih tampak kesal dengan kelakuan R1 itu. Dia mengepal erat jari jemarinya. Lalu mengikuti langkah R1 dengan wajah bermuram durja.
Di sebuah ruang, tempat janjian R1 dengan salah satu orang dalam bank.
"Kenapa kalian lama sekali? Kalian tau, sebentar lagi menjelang subuh." Seorang wanita berkulit putih bersih, berambut ikal menyambut kedatangan mereka berempat dengan wajah sedikit kesal. Pasalnya, dia sudah menunggu kedatangan komplotan perampok merah itu sudah setengah jam.
"Ada banyak gangguan!" sahut R1.
"Gangguan?" kata pegawai itu mengeluarkan beberapa tas selempang berwarna hitam, yang sudah dia siapkan semenjak semua karyawan bank itu pulang. Dia meletakannya satu persatu di atas meja. R1 dan anak buahnya mengambil masing-masing tas yang diberikan pegawai itu.
"Ya, para satpam di gedung ini menghambat perjalanan kami menuju ke sini!" sambung R2 angkat bicara. Mereka berempat mulai memakai rompi anti peluru, topeng dan mengisi senjata masing-masing dengan peluru yang sudah tersedia di tas.