Lalu di ruang operasi. Mata Abi mulai mengerjap. Dia melotot sambil menatap langit-langit ruang operasi. "Di mana ini?" tanya batinnya. Dia terlihat linglung, ruangan berbeda dari kamar rumahnya. Kemudian Abi bangun dan turun dan ranjang. Netranya terus mengamati sekeliling ruangan itu.
"Ini ... ruang operasi?" bisik batinnya tak mengerti. Abi sedikit mengabaikan, tanpa tahu apa yang telah terjadi padanya. Sebab dia belum ingat apa-apa tentang kejadian itu. Berjalan menuju pintu. Tetapi,
Braaak.
Terpaksa dirinya harus menyingkir ketika pintu operasi terbuka secara kasar. Dua orang suster masuk berpakaian hijau-hijau. Abi memperhatikan apa yang dilakukan kedua suster itu.
"Mau ngapain mereka?" batinnya heran. Kain menutup wajah jasad Abi. Tak lama setelah itu, dua suster itu mendorong jasad Abi yang tak bernyawa di atas ranjang dorong. "Siapa yang mereka bawa?" pikirnya lagi.
Abi memperhatikan jasad itu, rasa penasaran membuat dia memperhatikan jasad yang dibawa suster. Sayangnya, hanya bagian kepala saja yang terlihat. Netranya membulat, dia berpikir keras siapa jasad dibalik kain putih itu.
"Apa jasad itu adalah ....? T-tidak mungkin, apa itu hanya perasaanku saja? Tapi ...." Abi bergegas mengejar dua orang suster yang membawa jasadnya. Namun, langkah kaki berhenti ketika mendapati Sadewa sedang berbicara dengan dua orang suster yang membawa jasadnya di ujung jalan. "Ayah?" Sebut Abi. Dia berjalan pelan mendekati Sadewa dan dua suster itu.
"Mau dibawa ke mana jasad menantu saya?" tanya Sadewa.
"Maaf Pak, kami akan menaruh di kamar mayat. Sebab, ruang operasi mau dipakai kembali. Bila Bapak ingin membawanya, mohon agar segera urus semua administrasi terlebih dahulu."
"Kamar mayat?" Abi mengulang kata suster itu. Lalu bergegas lebih dekat lagi.
"Baik, saya akan urus administrasinya!"
"Silahkan Pak. Nanti Bapak bisa menemui petugas kamar mayat untuk menjemputnya pulang!" Sadewa hanya mengangguk kecil. Kemudian dia berjalan ke arah di mana Abi berada.
"Ayah ...." panggilnya. Namun, belum juga sempat dia melanjutkan kalimat itu. Mendadak matanya terbelalak sangat lebar. Dia benar-benar kaget kala tubuhnya dilewati dengan mudah oleh Sadewa. "Apa ini?" pikir Abi yang terdiam melamun.
****
Sementara itu.