"Sayang, kamu di sini?" tanyanya. Namun Andini mengabaikan panggilan itu. Andini melewati Abi yang kini hanya sesosok roh yang terdiri dari partikel-partikel lembut. Tak bisa dipegang maupun dilihat lagi oleh mata Andini. "Sayang, kenapa kamu tidak melihatku di sini?"
"A-apa yang terjadi dengan suamiku, Ayah?" tanya Andini pada Sadewa.
"Lebih baik kita lihat mayatnya dulu ya, Nak! Nanti Ayah ceritain semuanya," usul Sadewa dijawab dengan anggukan kepala.
Wanita di belakang Andini merangkul tubuhnya yang terlihat rapuh, ia takut sewaktu-waktu Andini bisa saja jatuh pingsan saat melihat mayat Abi.
"Tidak sayang, aku di sini?" Kejar Abi, lalu ia berdiri di depan istrinya. Wajahnya terlihat sangat serius dengan tangan dibentangkan. Namun, lagi-lagi tubuhnya dilewati Andini tanpa merasakan rasa sakit akibat ditabrak.
"Bagaimana mungkin dia melewatiku?" Abi masih saja belum tersadar bahwa dirinya sudah berbeda alam dengan istrinya itu. Ia menoleh setelah beberapa menit melihat tangannya sendiri, bergegas ia mengikuti ke mana Andini pergi.
"Mba siap?" tanya petugas kamar mayat meyakini kesiapan Andini.
Sekali lagi, Andini mengangguk sebagai jawaban. Petugas kamar mayat mulai membuka kain penutup tubuh jenazah Abi pelan. Semua tegang terlihat tegang, begitu juga roh Abi yang sedari tadi ikut mendengarkan pembicaraan Istri, mertua dan kakak iparnya pada petugas kamar mayat. Berdiri di samping petugas kamar mayat.
Sepenuhnya, Abi belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri. Ia kebingungan kenapa Andini tidak mendengar panggilannya itu. Terlebih lagi saat Andini melewati dirinya dengan mudah.
Kain penutup berwarna putih mulai terbuka sedikit-sedikit. Rambut Abi mulai kelihatan, kemudian kening sedikit demi sedikit terlihat.
Kini, wajah pucat sedikit membiru mulai terekspos sangat jelas. Sosok Abi yang tergeletak dan tak lagi bergerak. Suara yang Andini akan dirindukan menghilang selamanya, sifat manjanya juga akan lenyap dari keseharian Andini. Lalu, roh Abi terkesiap. Rasanya ia tak percaya bahwa jenazah yang ia tunggui sedari tadi adalah dirinya.
"G-ak m-mungkin!" kata Abi tergagap. Dia tidak percaya bahwa tubuh itu adalah dirinya. Ia melihat tangan dan juga tubuhnya yang kini hanya partikel-partikel transparan yang tak lagi bisa dilihat Andini. "Ba-bagaimana m-mungkin aku mati?" lanjutnya masih tidak mempercayai apa yang sudah terjadi padanya.