Di tempat lain.
Jam di dinding menunjukan tepat di angka enam.
Seorang wanita cantik, berkuncir kuda dengan celemek di tubuhnya sibuk mengaduk-aduk masakan di kuali sedari dia selesai sholat subuh. Tangannya begitu cekatan memasak-masakan untuk laki-laki yang masih tertidur pulas di hamparan kasur empuk dan lebar. Sangat sibuk, padahal matahari belum muncul sepenuhnya.
Sesekali-kali perempuan itu menyeka butiran-butiran bening yang sudah membasahi dahi akibat hawa panas dapur. Perempuan itupun menghela napas lega kala masakan yang dia masak sudah selesai semua. "Akhirnya selesai juga masakan terakhirku," gumamnya sambil menghirup aroma wangi masakan kesukaan suaminya. Dia meletakan masakan terakhir itu di meja, lalu menata piring, gelas, dan juga sendok.
"Pasti Mas Abi suka dengan masakanku!" ujarnya tersenyum lebar. "Saatnya bangunin suamiku tercinta." Dia kembali berujar sambil membuka celemek.
"Kamu masak apa, sayang?" tanya laki-laki gagah dari ambang pintu. Wajah bangun tidurnya masih terlihat jelas.
"Eh ... Mas Abi sudah bangun? Aku baru mau bangunin kamu." Wanita itu menghampirinya, lalu meraih tangan suami tercinta. "Ayo duduk, kita sarapan. Aku masak nasi goreng seafood, tumis kangkung dan dendeng kesukaan kamu."
Laki-laki itu menuruti langkah kaki istrinya. Menarik kursi dan kemudian duduk sambil menatap masakan istrinya yang begitu banyak, aroma sedap menyeruak lebih daram ke rongga hidung. "Wow ... baunya enak." Dia segera menyendok nasi goreng, sambil goreng terasi dan tumis kangkung.
Abi mulai melahap nasi goreng masakan istrinya. "Mmh ... rasanya tetap sama, sangat enak." Puji laki-laki itu memberi dua jempol untuk masakan wanita pujaannya.
"Jangan lebay deh, Mas. Itu kan cuma nasi goreng, dendeng, dan tumis kangkung. Masakan ini juga aku udah sering bikin buat kamu!" seru perempuan bernama Andini. Sebenarnya dia senang dipuji Abi.
"Ya tetap, dong, harus diapresiasikan. Lagipula emang benaran enak, kok," katanya sambil mengelus punggung tangan Andini. Lalu dia menyendok satu suap terakhir nasi goreng itu. Saking sukanya, Abi makan tanpa banyak bicara dan terus mengunyah masakan Andini tanpa jeda. "Ah ... enak. Benar-benar nikmat rasa nasi gorengnya. Dendeng daging dan tumis kangkungnya juga enak." Abi mengelus perut yang kekenyangan. Andini hanya tersipu malu mendengar pujian Abi.
"Oiya Mas, kamu sudah siapin persyaratan untuk bikin passpor bulan madu kita kan?" tanya Andini.
"Sudah, ada di tas. Nanti aku ke sana kasih berkas persyaratannya."
"Mas mau pergi bersama, atau Mas saja yang pergi?" tanya Andini sambil menyendok nasi goreng buatannya sendiri. Lalu melahapnya.
"Kita pergi ber--" Abi menghentikan ucapannya sambik nelirik layar ponsel yang berbunyi. "Pak komandan?" Sebutnya. Andini ikut melihat layar ponsel suaminya, lalu keduanya saling menatap dengan ekspresi bingung.
"Angkat saja, Mas. Gak apa-apa, kok!" ujar Andini. "Siapa tau ada tugas penting dari Komandan," lanjut Andini.