The Silence Between Bombs

ohinisarah
Chapter #14

14 | Langit Terluka, Tapi Masih Mendoakan

Langit sore itu tampak koyak, seperti kain lusuh yang menahan beban tangis. Di tenda pengungsian sebelah utara Gaza, Amina duduk bersila di atas matras tipis, menyaksikan seorang anak perempuan tertidur memeluk tas sekolah yang sudah penuh debu.

Elian baru saja selesai membagikan obat dan perban ke pos medis, wajahnya masih dibasahi peluh.

"Kau tak apa?" Amina bertanya pelan.

Elian mengangguk, "Leherku pegal, tapi melihat mereka sedikit lebih tenang... itu cukup."

"Mereka" adalah ratusan pengungsi yang kini menggantungkan harapan pada bantuan seadanya. Suara tangis bayi, batuk lansia, dan bisikan ayat-ayat Al-Qur’an menyatu dalam irama yang menggores.

Sore itu, seorang anak laki-laki bernama Hamza mendekat sambil membawa selembar jaket. "Ini untuk adik saya, boleh? Dia kedinginan sejak semalam." Amina tersenyum. "Tentu. Biar aku bantu pakaikan." Ia membungkuk dan memakaikan jaket itu pada adik Hamza yang sedang memeluk kaki ibunya.

Tubuh mungil itu menggigil. Amina mengusap kepalanya, menahan air mata yang mengendap.Di kejauhan, suara kendaraan bantuan terdengar. Warga mulai berdiri, beberapa berlari kecil menuju arah suara.

Elian mengisyaratkan Amina untuk ikut. "Mari, kita bantu turunkan logistik." Mereka tiba di titik distribusi bersama para relawan lokal. Dus-dus berisi makanan siap saji, susu bubuk, selimut, dan baju hangat diturunkan cepat. Seorang relawan meneriakkan daftar distribusi.

Lihat selengkapnya