Hidup di tengah keluarga yang sederhana tak pernah terasa mudah bagi tiga kakak-beradik ini. Setiap harinya, mereka melihat ayahnya yang selalu pergi pagi-pagi buta, kembali dengan tubuh yang sudah lelah dari pekerjaannya di sebuah pabrik gula milik orang kaya di desa tempat mereka tinggal. Sedangkan ibu mereka tak pernah menyerah berjualan sayur di pasar, meskipun tak selalu habis terjual, tapi ibunya terus mencoba menambah sedikit demi sedikit untuk kebutuhan hidup.
Bagi ketiga anak perempuan ini, hidup di bawah satu atap seharusnya mereka bisa berbagi kasih dan perhatian yang sama. Namun, semakin mereka tumbuh, semakin terasa perbedaan di antara mereka.
Alma adalah anak pertama, yang paling memahami arti pengorbanan. Ia telah terbiasa mengalah, menunda mimpinya sendiri demi menambal kekurangan keluarga. Setiap pagi, Alma membantu ibunya memanen sayuran dikebun belakang rumahnya, kemudian ia pergi bekerja di sebuah toko kain yang berada di pasar Kalisari, demi membantu biaya hidup keluarganya. Di hatinya yang paling dalam, tumbuh perasaan bahwa ini tidak adil baginya, seakan hanya dirinya yang dipaksa mengorbankan pendidikannya.
"Bella!! Kamu pakai kaos kaki kakak lagi ya?" Alma menunjukan kaos kakinya yang sudah terlihat usang.
"Cuma sekali aja kok, pelit sekali dirimu." Bella terlihat tidak memperdulikan kakaknya yang berdiri didekat pintu kamarnya sambil berjalan ke arah meja makan, tiba-tiba Alma menjewer telinga Bella dengan kesal.
"Lain kali beli sendiri!! "