The Soulmate's Sanctuary

Raihana Alma
Chapter #4

Chapter 4

Pagi itu, di sela-sela jam pelajaran pertama, Aluna memutuskan untuk mendekati Gali. Buku The Catcher in the Rye masih ada di tasnya, belum selesai ia baca, tapi ia merasa sudah cukup banyak yang ingin ia bicarakan. Gali sedang duduk di bangkunya, menulis sesuatu di buku catatan.

“Gali,” panggil Aluna pelan.

Gali mendongak, ekspresinya tetap tenang seperti biasa. “Kenapa?”

Aluna menggeser kursi di sebelahnya, duduk tanpa izin. “Aku udah baca beberapa bab bukunya.”

“Cepat juga,” komentar Gali, menutup bukunya. “Gimana menurut lo?”

Aluna terdiam sejenak, mencoba merangkai kata. “Aku ngerasa… Holden itu kayak suara hati aku. Kayak ada seseorang yang akhirnya bisa bilang semua hal yang aku nggak pernah bisa bilang ke siapa-siapa.”

Gali menatapnya, sedikit lebih lama dari biasanya. “Suara hati, ya? Jadi lo ngerasa relate?”

Aluna mengangguk pelan. “Dia kesepian, kan? Tapi dia nggak mau ngaku. Aku ngerti rasanya.”

“Lo kesepian?” tanya Gali tiba-tiba.

Pertanyaan itu seperti menghantam Aluna. Ia tidak menyangka Gali akan seblak-blakan itu. “Aku… nggak tahu,” jawabnya akhirnya. “Mungkin iya, tapi aku selalu mikir semua orang juga pasti punya kesepiannya masing-masing.”

Gali tersenyum tipis. “Iya. Semua orang punya kesepian. Tapi nggak semua orang berani ngomong soal itu.”

Aluna mengangguk, meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Gali, tentang kenapa ia bisa memahami hal-hal seperti itu.

“Gue dulu sering ngerasa kayak Holden,” kata Gali tiba-tiba, seolah bisa membaca pikiran Aluna.

“Sering?” tanya Aluna, penasaran.

Gali mengangguk. “Di tempat gue tinggal dulu, semuanya berasa... kosong. Orang-orang cuma peduli sama hal-hal yang nggak penting. Gue benci pura-pura jadi bagian dari mereka.”

“Terus?”

“Terus gue pindah ke sini,” jawab Gali, suaranya terdengar datar. “Gue pikir, mungkin di tempat baru, semuanya bakal beda. Tapi ternyata nggak juga.”

Aluna menatapnya dengan penuh perhatian. “Maksud kamu?”

Gali menatap jendela di samping mereka. Hujan mulai turun lagi, seperti kemarin. “Kadang masalah itu bukan soal tempat, tapi soal diri lo sendiri.”

Kata-kata Gali membuat Aluna terdiam. Ia mengerti maksudnya, tapi sulit baginya untuk menerima kenyataan itu.

“Lo sendiri,” lanjut Gali, menoleh ke arahnya. “Kenapa lo suka sendirian?”

Aluna menggigit bibirnya, ragu untuk menjawab. Tapi akhirnya ia berkata, “Aku nggak tau. Mungkin aku lebih nyaman kayak gitu. Nggak ada yang nge-judge, nggak ada yang ekspektasi terlalu banyak.”

Gali mengangguk pelan, seperti memahami setiap kata yang ia ucapkan.

Lihat selengkapnya