Melalui lekuk jemarimu yang tersimpan abadi lewat tinta di sepucuk surat, ku lihat ada sebuah perasaan yang coba kau siratkan di dalamnya.
Setelah ku maknai, yang kau toreh semuanya berisikan klise manis yang telah terjalin, seolah kau sedang mencoba menyembunyikan pilumu sendiri dalam diri.
Mengapa tak kau ceritakan, biar dukamu terbagi.
Jika begitu, mungkin saja ada jembatan lain yang bisa kita lalui tanpa harus melewati jembatan berduri yang menusuk kita bersama seperti ini.