Jumat, 11 Januari 2019
Sebuah buku catatan tergeletak di meja kamar seorang gadis yang sampulnya berhiaskan daun-daun kering dan bertuliskan "Ayyana The Explorer ". Buku itu adalah milik seorang gadis penggiat alam bebas, Ayyana Khanza Kinandita namanya. Seorang siswi kelas XII di salah satu sekolah ternama Provinsi Banten.
Buku catatan yang Ayyana miliki berisi pengalaman-pengalaman yang ia dapatkan selama menjelajah gunung. Ayyana sering mengajak teman-teman sekolahnya untuk mencintai alam melalui kegiatan pendakian. Baginya tujuan besar dari pendakian bukan hanya sampai pada puncaknya, melainkan ketika ia dapat mengeksplor segala kekayaan alam yang ada dan menjaganya supaya tetap lestari. Puncak baginya hanyalah sebuah bonus.
Ayyana terkenal dengan kebiasaannya mengoleksi berbagai spesies daun yang ia jadikan herbarium atau awetan spesimen kering. Awetan-awetan tersebut ia dapatkan dari kegemarannya mendaki gunung,
Bukan sebuah foto, melainkan dedaunan koleksinya itulah yang ia ibaratkan sebagai kenang-kenangan bagi dirinya. Namun tak sembarang daun gugur yang ia ambil, melainkan Ayyana juga harus tahu betul daun tersebut jatuh dari spesies tumbuhan mana.
Meski Ayyana tidak terlalu jenius dalam hal pembelajaran. Namun berkat hobi yang sudah lama ia jalani bersama mendiang sang Ayah, Ayyana mahir mengetahui jenis tanaman hanya dari karakteristik dedaunan yang ia amati.
Berawal dari kegemaran yang dimiliki Ayyana, tak disangka ia dibawa pada suatu takdir yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan dan semuanya bermula pada kisah:
Suatu pagi, Bunda membangunkan Ayyana untuk bersiap-siap ke sekolah. Saat memasuki kamar anaknya, ia terkejut melihat keadaan yang terjadi di kamar anak gadisnya itu.
"Yaampuuuuun ini kamar atau hutan belantara yang diterjang topan," sentak Bunda saat melihat dedaunan kering tercecer di segala penjuru ruangan.
"Hoooaaaammmm.... Beberapa awetan ingin Ana tata di museum Bun," celetuk Ayyana yang saat itu juga terbangun dari peradaban mimpinya.
"Museum?" tanya Bunda.
"Tuh coba lihat hasil eksperimen Ana di rak dekat lemari pakaian, hihihi."
Dengan rasa penuh ke kepoan, Bunda melirik rak yang kebetulan berada di balik pintu kamar Ayyana. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat rak yang seharusnya berisi tumpukkan buku berubah menjadi tempat penyimpanan herbariumnya.
"Lalu buku-buku di sini di kemanakan?"
"Mau Ana sumbangkan Bun, Anakan sebentar lagi lulus."
"Oiya bulan Februari ada pendaftaran SNMPTNkan, mau coba ke mana?" tanya Bunda sembari mendekati Ana yang masih terbaring dan enggan melepas boneka winnie the pooh dari dekapannya.
"Hmmm entah, UPI Serang mungkin Bun, supaya lebih dekat," jawabnya dengan kelopak mata yang teramat berat untuk terbuka.
"Tidak mau coba ke tempat Bunda kuliah dulu, itu lho yang di Bogor. Berhubung kamu senang mendaki coba daftar di Fakultas Kehutanan, jurusannya eeemmhhhhhh.... Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, bagaimana?"
"Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata?" ucap Ayanna dalam benak, sembari bangun dari tidur telentangnya.
"Nanti deh Bun, Ayyana pikir-pikir ya." lekas ia turun dari ranjang dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi yang berada di lantai satu rumahnya.
***
Satu bulan kemudian pendaftaran SNMPTN diadakan. Saat akan mengisi daftar PTN dan program studi, Ayyana bimbang, sesuatu mengganggu pikirannya.
"PTN prioritas satu UPI Serang, jurusaaaaan (ketikketikketik). Keduanyaaaaa Untirta? Untirtakah?". Seminggu lalu Ayyana melihat daya tampung SNMPTN Untirta cukup lumayan untuk jurusan yang ia inginkan. Namun benak Ayyana masih penuh dengan kebimbangan. Ia berpikir sejenak untuk meyakinkan dirinya.