"Kia, akhirnya kita mendapat donor ginjal yang cocok untuk Syifa." Dimas dengan semangat memberikan Kia informasi yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh Kia tersebut.
"Serius? Siapa pendonornya? Aku harus berterimakasih pada orang tersebut." Kia berlari ke arah Dimas dan berhenti tepat di hadapan Dimas.
"Sudahlah, santai aja, kamu gak perlu tau hal ini. Yang penting, kamu segera bawa Syifa ke ruang operasi karena kita harus segera melakukan pemindahan ginjal itu."
"Oh, baiklah kalau gitu. Terima kasih banyak, Mas. Aku akan pergi menjemput Syifa sekarang." Kia menuruti ucapan Dimas lalu pergi dengan raut wajah yang amat sangat bahagia sedang Dimas yang tadinya tampak tersenyum, kini mulai terlihat gusar seperti Dimas sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius.
Beberapa saat kemudian setelah operasi selesai, rumah sakit dihebohkan oleh kedatangan seorang CEO yang terkenal kejam dan dingin itu di seluruh pelosok negeri tanpa sebab yang mereka ketahui.
Kia dan Syifa masih berada di ruang ICU karena Dimas meminta Kia untuk menjaga Syifa saat CEO bernama Rafael tersebut muncul dengan pasukan pengawalnya.
Karena suara yang berisik membuat Kia penasaran dan memutuskan untuk melihat kejadian tersebut dan meninggalkan Syifa yang masih baru selesai operasi dan belum sadarkan diri.
"Ada apa sih ribut-ribut di luar?" Gumam Kia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Syifa.
Namun, baru saja Kia melangkahkan kakinya, Kia terkejut ketika mendengar suara tembakan di salah satu lorong rumah sakit yang mana pada lorong tersebut hanya ada ruangan Dimas dan juga apotek saja.
Dengan panik dan kacau, Kia berlari mengejar sumber keributan dan mendapati bahwa Dimas sudah terbaring di atas lantai dengan luka tembak pada kakinya.
"Ada apa ini? Siapa kalian? Segera pergi dari sini atau saya akan menelpon polisi!" Ancam Kia mengeluarkan ponselnya dengan tangan dan tubuh gemetar membuat Rafa segera beralih menatap Kia yang kini mulai lemas ketakutan.
"Ya, segera panggil polisi. Karena saya akan melaporkan bahwa rumah sakit ini dan kalian telah melakukan praktik ilegal dengan mencuri ginjal anak saya tanpa persetujuan saya!" Balas Rafa membentak Kia dengan tatapan penuh api yang semakin membuat Kia tersentak lemas dan berkeringat dingin.
Kia menelan salivanya mengingat dan menduga bahwa yang Rafa maksud adalah ginjal yang baru saja menjadi bagian organ tubuh Syifa. Rasa takut luar biasa kini menyelimuti Kia.
Kia menatap ke arah Dimas dengan wajah kebingungan dan panik. Tentu Kia tidak pernah berpikir dan berharap bahwa hal ini akan terjadi pada mereka. Tapi Kia tidak bisa membahayakan siapapun di rumah sakit tersebut dan berusaha berdamai dengan Rafa.