Kia terbangun dari pingsannya dan mulai menatap sekitarnya.
"Dimana ini?" Tanya Kia seraya bangkit dari atas lantai yang hanya beralas sepetak kardus bekas dan memperhatikan suasana tempat tersebut.
Tempat yang berbeda dengan sebelumnya. Tempat ini lebih menyeramkan dari tempat sebelumnya karena tempat ini terlihat seperti penjara atau tahanan.
Kia sontak melotot kaget dan panik saat Kia menyadari bahwa ia diculik. Segera Kia mencari jalan keluar dari tempat gelap dan kotor tersebut dengan sedikit merenggangkan tangannya dan meraba sekitarnya.
Pandangannya terbatas dan sedikit buram, tapi Kia bertekat harus keluar dari sana. Namun, baru saja beberapa langkah Kia berjalan, suara seseorang pria mengagetkan Kia hingga Kia hanya bisa terdiam kaku dan membeku.
Jantung Kia berdegub semakin kencang seakan ingin loncat dari tempatnya. Kaki Kia juga terasa kian melemas.
Kia tak bisa melakukan apapun lagi saat ini selain menelan salivanya seraya berdoa. Sayangnya kali ini doa tersebut tidak berbalas dan Kia hanya bisa pasrah saat ini seraya melihat peluang untuk keluar.
"Mau kemana kamu?" Tanya pria tersebut berjalan dengan santai dan tegas ke arah Kia membuat Kia berjalan mundur hingga tanpa sengaja punggung Kia menabrak dinding.
"Siapa kamu?" Tanya balik Kia memastikan karena Kia sudah memikiki dugaan bahwa orang itu adalah Rafael.
"Kamu lupa dengan saya? Kita baru saja bertemu beberapa saat lalu sebelum kamu pingsan." Jawab Rafael dengan santainya seraya tangan Rafael menyalakan sebuah lampu redup yang membuat kedua insan ini saling pandang.
"Kenapa saya di sini? Tolong keluarkan saya dari sini. Teman-teman saya pasti sedang mencari saya. Saya janji, kalau bapak bersedia membebaskan saya, saya akan bertanggungjawab atas kasus ini." Kia memohon menatap pria dingin tersebut seraya mengatupkan kedua tangannya.