"Duduk." Pinta Rafael dengan nada suara dingin nan datarnya seraya menatap tajam Kia.
Kia duduk perlahan di sebuah sofa tunggal yang berada di hadapan Rafael namun Kia yang terlihat tidak nyaman itu terlihat sedikit menjauhkan posisinya dari Rafael.
Brak!
Rafael melempar beberapa kertas ke atas meja membuat Kia terkejut dan spontan melihat kertas-kertas tersebut dengan wajah yang semakin bingung kemudian menatap ke arah Rafael seolah Kia meminta penjelasan dari apa yang Rafael lakukan ini.
"A-apa ini?" Tanya Kia meraih salah satu kertas yang ada di atas meja dan mulai membacanya.
Dalam kertas itu tertulis bahwa Rafael ingin Kia resign dari rumah sakit dan sebagai gantinya, Kia harus tinggal di rumah Rafael sebagai perawat khusus putranya, Zico. Dan jika Kia menolak, maka Kia harus bersiap bahwa Rafael akan mengacaukan rumah sakit dan Rafael bisa melukai putrinya, Syifa, yang saat ini mungkin masih dalam keadaan pemulihan.
Kia membaca semua isi surat tersebut seraya berpikir panjang. Dahi Kia terlihat berkerut membuatnya tampak serius namun juga lucu di mata Rafael yang tanpa sadar dan diam-diam menatap fokus wajah Kia.
"Bagaimana?" Tanya Rafael memperbaiki posisi duduknya dan menggantinya dengan posisi lebih nyaman yaitu dengan menaikkan salah satu kakinya ke atas meja sedang Kia mendongak menatap Rafael.
Menjadi perawat adalah cita-cita Sidkia sejak kecil dan saat ini Kia berhasil meraihnya dengan kerja kerasnya. Namun akibat sebuah kesalahan, Sidkia harus melepas hidupnya? Cita-citanya?
Tapi jika Kia menolak, maka putri dan teman-temannya akan terancam. Haruskah Kia berkorban dan melepaskan hal yang selama ini membuat hidupnya bermakna serta penuh warna itu?
Kia mengambil nafas panjang lalu menatap ke arah Rafael. "Saya setuju, tapi ijinkan saya pergi ke rumah sakit jika saya membutuhkannya. Biarkan saya pulang. Saya akan datang setiap hari ke rumah ini dan merawat anak anda. Tolonglah, Pak." Pinta Kia penuh harap setelah Kia memberi jawaban pada Rafael.