Sorot mata itu menatap lekat selembar kertas yang berisikan kolom. Kotak-kotak itu memuat beberapa nama kegiatan ekstrakurikuler di dalamnya. Pulpen yang dipegangnya masih menerawang, naik dan turun menyelusuri halaman kertas. Keraguan masih menghinggap dalam dirinya.
"Ini saja," batinnya. Digoreslah pulpen di salah satu kolom.
Akhirnya, keputusan telah didapatkannya. Senyuman tipis terukir pada wajahnya.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah wajib diikuti oleh seluruh murid. Kalau tidak ikut, ya tidak akan mendapatkan nilai dan bisa menentukan kenaikan kelas nantinya.
Di sekolah ada aturan, bahwa murid bisa mengikuti kegiatan tersebut sebanyak enam ekstra kurikuler. Itulah maksimal jumlahnya. Ya, tergantung waktu luang dan kekuatan fisik. Kalau kalian tidak percaya, ada satu kakak kelas yang mampu mengikuti semuanya. Sisanya, ya hanya mengikuti dua kegiatan saja. Tentu saja, waktunya dibagi dua. Ada kegiatan yang dilaksanakan di pagi hari setiap Jumat dan sisanya di sore hari sesuatu waktu yang telah ditentukan oleh pembimbing.
°°°
"Hai, Vi. Kamu ikut kegiatan apa?" tanya seseorang membuat gadis berkacamata kotak itu menoleh dari lamunannya.
Selviana Lilianti, anak kelas sebelah jurusan bahasa. Seorang siswi yang tidak memiliki sisi yang menonjol baik akademik maupun non akademik. Hanya seorang gadis pendiam yang menyukai novel dan waktu kesendiriannya.
Sekarang ada seorang kakak kelas yang menghampiri di saat dirinya tengah sibuk bermain handphone seraya bersandar pada dinding balkon lantai dua tepat di depan kelas. Pandangannya menghadap ke arah halaman yang ramai dengan beberapa murid. Di halaman kecil itu ada beberapa meja dan kursi yang terbuat dari beton dengan payung yang terpasang di tengah meja. Ada panggung kecil yang terbuat dari beton juga di sana.
Sebagai catatan kecil, bahwa dulu dirinya hampir salah masuk jurusan. Dikarenakan kesalahan teknis. Alias, hampir menjadi kelas IPS. Padahal saat pemilihan jurusan di kelas sepuluh sudah memilih jurusan bahasa. Kenapa bahasa, ya karena Selviana gadis pencinta novel sekaligus suka membuat cerita. Ia ingin mempelajari lebih dalam materi penulisan dan bahasa.
"Penulisan kreatif," jawabnya singkat dan matanya kembali menghadap ke layar.
"Oh." Sama halnya seperti dirinya, si kakak kelas hanya ber-oh dan mengambil posisi menghadap ke halaman di bawah dengan satu tangan kiri memegang pembatas balkon.
Kakak kelas ini bernama Lili Wijayanti. Anak kelas dua belas bahasa. Sama seperti Selviana, senior itu menggunakan kacamata. Dialah orang yang mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sebanyak enam kegiatan.
"Hai, Kak Sel, Kak Li," sapa seorang siswi lain lagi yang datang mendekati mereka berdua seraya memasang senyuman lebar. Anak itu adalah adik kelas mereka dan menggunakan kacamata juga.
"Nanda ikut apa?" tanya Lili.