Pemandangan yang tidak biasa terpampang di depan matanya. Nyata sekaligus sangat tidak masuk akal. Tetapi, inilah yang terjadi. Dirinya merasa sadar dengan keadaan sekitar. Ruang hampa dengan bermacam warna asbrak. Meliuk-meliuk membentuk spiral dan gelombang. Kakinya merasa menapak. Pandangannya ke arah depan dengan memasang ekspresi datar.
"Biasanya, orang lain akan merasa panik dan kebingungan. Tetapi, beda dengan dirimu. Kamu sangat tenang." Suara misterius itu kembali mengajaknya bicara. Nadanya terdengar tengah mengagumi.
Selviana tidak menanggapi apalagi menjawab dan memilih mendongak ke atas otomatis matanya yang di balik lensa kacamata itu langsung melihat berbagai warna yang tengah menari dengan indah itu. Biasanya, orang lain akan tersenyum kagum dengan mata melebar dengan pancaran binar. Tetapi, beda dengan dirinya yang tidak tersenyum di saat melihat pemandangan menakjubkan ini.
"Ini membuatku agak pusing," gumamnya setelah menunduk. Kepalanya agak pusing melihat semua warna bergerak itu. Keningnya dipijat.
"Kenapa kamu gak menampakkan wujudmu aja?" tanya gadis itu seraya kembali menatap ke depan. Masih tidak ada apa-apa disana. Hanya warna-warna campuran yang mendominasi. Seolah ruangan ini tidak memiliki akses keluar dan masuk.
"Aku tidak ... lebih tepatnya belum memiliki wujud."
Keheningan kembali melanda selama dua detik sebelum suara itu muncul kembali.
"Juga nama yang pasti," lanjut suara itu.
Selviana mengernyit. Kedua tangannya terlipat di depan dada.
"Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya. Aku adalah calon karakter buatanmu."
"Kalau kamu emang karakter buatanku. Tetapi, belum memiliki wujud dan nama. Kenapa kamu bisa muncul? Ya, untuk saat ini hanya sebagai suara. Aku kan, belum pernah menciptakan seorang karakter selama ini," ungkap Selviana menjelaskan yang terjadi.
"Sudah aku bilang berapa kali. Aku karakter buatanmu dan masih calon. Selama ini kamu hanya meminjam karakter dan mengunakan nama asli untuk karakter tambahan dalam ceritamu, kan? Aku belum terbentuk secara sempurna."
Mau tidak mau gadis itu terkesiap mendengar fakta yang diucapkan olehnya. Suara itu seolah mampu mengetahui semuanya, tentang dirinya. Kedua tangannya terlepas dan turun ke samping tubuh.
"Bagaimana aku tahu? Karena aku adalah salah satu bagian dari imajinasimu. Kamu masih belum sadar. Bahwa, dirimu telah memiliki duniamu sendiri. Dunia imajinasi."
Dunia imajinasi. Ya, waktu kecil, Selviana sangat suka berimajinasi. Bermain dan bercanda dengan karakter-karakter kesukaannya di dalam imajinasi. Awalnya, masih dalam bentuk sederhana. Tidak menampilkan tempat dan belum membentuk cerita. Hanya sekedar bersenang-senang melepas stress. Tetapi, lama-kelamaan semua itu, mulai berkembang seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Jalan pikirannya mulai terbuka lebih lebar. Imajinasinya berkembang pesat. Latar yang familiar muncul dan karakter-karakter kesukaannya mulai menjalani aktivitas. Cerita pun dimulai. Tentunya, belum ada tujuan yang jelas.