Tulisan itu sudah membentuk satu paragraf. Seorang gadis berambut panjang itu tengah sibuk menatap layar laptop dengan menekuk wajah. Ia tengah berpikir alur dan dialog apa yang akan dibuat selanjutnya. Kalau asal buat, itu akan membuat ceritanya menjadi tidak jelas.
"Haish! Gantian sudah siap mengetik, ide malah buntu. Gantian sibuk malah ngehantui terus!" geramnya secara mendorong kepalanya agak ke belakang.
"Bagaimana dengan yang lain ya? Cek media sosial dulu, deh."
Ia meraih handphone yang ada di sisi laptop dan menyalakannya. Dibukanya salah satu media sosialnya yang berlogo telepon dan berwarna hijau itu. Deretan chat langsung tampil di layar. Salah satu grup yang kebetulan ada notifikasi, dibuka untuk dibaca.
"Oh, masih ada yang sibuk," gumamnya seraya membaca satu persatu chat di sana.
Semua orang sangat antusias untuk mengikuti event bulan ini. Tetapi, waktu di dunia nyata membuat kegiatan tersebut agak terhambat. Kesibukan dunia nyata akan selalu diprioritaskan.
"Wah, ada yang ikut ternyata. Syukurlah!" serunya senang melihat orang lain ikut membuat karya dengan isu Palestine. Terlebih karya itu adalah art. Ada beberapa yang tag akun komunitas mereka. Jadi, para member bisa mengetahui dan melihatnya dengan mudah.
"Syukurlah ada yang masih peduli dengan isu ini. Genosida memang gak boleh dianggap hal biasa."
Rasa syukur sekaligus bangga muncul dalam dirinya. Kejahatan tidak boleh dianggap sesuatu yang sudah biasa terjadi. Nyawa bukan barang yang bisa diganti rugi. Ah, ya. Dirinya mendadak teringat ketikan pesan dari seseorang. Orang itu menanyakan, soal pembuatan karya yang mengangkat isu ini. Bahwa, bagi dirinya tidak ada gunanya. Tidak membawa perubahan, katanya. Perkataan itu membuatnya sangat sakit hati.
"Dia gak mengerti sama sekali," geramnya. Perasaan murka kembali timbul.
"Aku akan selalu membuat karya yang bermoral. Itu prinsip awalku."
Karya yang bersih dari hal negatif sudah hampir tidak terlihat. Kalau ada, itu hanyalah 'jebakan'. Maksudnya, karya itu saat dibaca tampak aman. Dilihat dari segi sinopsis dan keterangan tidak mengandung 'pelangi'. Lalu, saat kita mulai membacanya. Awalnya, biasa saja, masih aman. Barulah, di pertengahan. Bila, memiliki rasa peka yang tinggi dan pintar cepat menyadari perbedaannya. Akan ada samar-samar deskripsi 'sesat' itu.
Jadi, jangan pernah percaya dengan penulis yang sudah membuat karya 'sesat'. Karya lainnya yang dibilang aman pun akan tetap mengandung hal negatif. Ini hanya masalah permainan dalam pemilihan kata.
"Permainan kata, heh?"
°°°
Suara tawa menggelegar. Tetapi, tidak ada satu orang pun yang mendengarnya.
"Bagus, teruslah buat karya itu! 'Pelangi'dan pornografi sangat diminati banyak pembaca. Kalian yang membacanya juga banyakin baca itu. Cerita itu sangat menyenangkan!"
Sementara itu, di dunia imajinasi. Keempat gadis tengah berdiskusi di bawah bayangan pepohonan hutan.
"Jadi, itu asap apa sih sebenarnya?" tanya Sonia.
"Itu adalah perwujudan nafsu," jawab Risa.