Hujan turun dengan deras di Jakarta, membasahi setiap sudut kota yang sibuk. Langit kelabu menutupi kota, membuat suasana semakin sendu. Aulia Pratama, seorang desainer grafis berusia 27 tahun, berlari kecil menuju kafe kecil di bilangan Menteng. Dengan rambut panjang bergelombang yang mulai basah, dia mencari perlindungan dari hujan yang tak kunjung reda.
Begitu masuk ke dalam kafe, Aulia menghela napas lega. Hangatnya suasana kafe dengan aroma kopi yang khas menyambutnya. Ia segera mencari meja kosong di dekat jendela besar, menikmati pemandangan hujan yang deras di luar. Aulia menyalakan laptopnya dan mulai bekerja, tenggelam dalam dunia desain yang penuh warna.
Sementara itu, Aditya Nugraha, seorang pengusaha sukses berusia 30 tahun, juga terjebak di kafe yang sama. Dengan jas yang basah di beberapa bagian, Aditya merasa sedikit kesal karena pertemuan bisnisnya harus tertunda. Dia memesan secangkir kopi dan duduk di meja di sebelah Aulia. Tatapannya terpaku pada layar laptop, tapi pikirannya melayang ke luar jendela, mengamati hujan yang terus turun tanpa henti.
"Maaf, boleh pinjam tisu?" Aulia tiba-tiba bertanya, menyadari bahwa meja Aditya memiliki tisu lebih banyak.
Aditya mengalihkan perhatiannya dari jendela dan tersenyum. "Tentu saja," katanya, menyerahkan selembar tisu kepada Aulia.
"Terima kasih," balas Aulia dengan senyum ramah. "Hujannya deras sekali, ya?"
"Iya, benar. Sepertinya tak akan reda dalam waktu dekat," jawab Aditya sambil mengaduk kopinya. "Anda sering ke sini?"
"Ini pertama kalinya. Saya sebenarnya sedang mencari tempat tenang untuk bekerja, tapi sepertinya malah terjebak di sini," kata Aulia sambil tertawa kecil.
Percakapan ringan ini menjadi awal dari interaksi yang lebih dalam. Mereka mulai berbicara tentang pekerjaan, kehidupan, dan mimpi masing-masing. Aulia bercerita tentang proyek desain yang sedang dikerjakannya, sementara Aditya berbagi pengalaman tentang dunia bisnis yang penuh tantangan.
Semakin lama mereka berbicara, semakin banyak kesamaan yang mereka temukan. Aulia terkesan dengan kepribadian Aditya yang tegas namun memiliki sisi lembut, sementara Aditya kagum dengan kreativitas dan ketulusan Aulia. Hujan di luar kafe menjadi saksi bisu dari awal hubungan yang tak terduga ini.
"Waktu berlalu begitu cepat," kata Aditya sambil melihat jam di pergelangan tangannya. "Sepertinya hujannya mulai reda. Mungkin ini saatnya untuk kembali ke aktivitas masing-masing."
Aulia mengangguk. "Benar. Saya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi. Senang bisa berbicara dengan Anda, Aditya."