The Story For Rain

Tan'er
Chapter #1

Sebuah Janji

BAB 1

Sebuah Janji

Gadis yang memiliki nama panjang Alesya Gracelyn ini, lahir pada tanggal 19 juli 1992. Memiliki hobi menulis dan kala itu bermimpi untuk menjadi reporter berita. Namun nahas, belum lagi menggapai impiannya tekadnya ini pun telah dipatahkan oleh kejadian masa lalu yang selalu membekas hingga akhir hayatnya.

Pembully-an yang dialami oleh gadis kecil yang berumur 7 tahun hingga 14 tahun ini membuat trauma yang sangat parah hingga membuatnya hampir kehilangan nyawa. Alesya telah berkali-kali pindah sekolah karena kasus yang dialami oleh nya. Hingga, orang tua Alesya muak akan sikap Alesya yang terus bersikeras meminta pindah, ini dikarenakan ia baru saja pindah ke sekolah yang baru dan belum 1 minggu penuh. Hal ini pun mengharuskan Alesya secara paksa mengalami kasus bully yang ke sekian kalinya dan tidak ada habis nya.

" apakah aku ditakdirkan hidup hanya untuk menjadi sebuah mainan ? "


14 April 2006

Alesya diseret oleh beberapa pembully untuk menuju ke belakang sekolah. Mereka yang kerap menganggu dan bertindak kasar kepada Alesya telah terbiasa melakukan aksi picik nya disana.

Anggota geng yang membully Alesya :

1) Adel, merupakan ketua geng mereka dengan hanya memberikan arahan nya saja maka anggota yang lain akan langsung melakukan tindakan keji yang diperintahkan olehnya.

2) Ella, anak perempuan cantik yang dulu menjadi teman kecil Alesya, namun kini telah berbanding terbalik. Ia pun telah menjadi salah satu anggota yang membully Alesya.

3) Alya, ini salah satu anggota terkejam yang paling membekas di benak Alesya. Mengapa ?, ini dikarenakan sejak dahulu, Alya selalu menginjak kaki ku, menjambak ku, memasukkan sepatu ku dengan bebatuan, melemparkan sepatu ku di luar gedung sekolah, mencubit ku dan juga menghilangkan barang-barang ku. Dan sebenarnya aku tidak tau mengapa ia melakukan hal itu. Ia memiliki fisik yang kurang, ia mempunyai penyakit di kaki nya dan dinamakan " kaki gajah ". Namun, aku tidak pernah mengejek nya dan apa yang membuat ia melampiaskan semuanya padaku ?. Hingga, saat ini masih menjadi sebuah tanda tanya besar bagiku.

Alya menjambak Alesya di sekian kalinya dan menarik nya untuk segera berlutut dengan Adel yang telah duduk sambil menyilangkan kaki dan mengisap sebuah rokok. Setelah Adel menarik sebuah isapan dan mengembuskan asap yang telah ia hirup. Dengan akal picik nya, ia menaruhkan puntung rokok yang masih terlihat sebuah api pada tangan nya Aisha. Ella memegang tangan Alesya dengan Alya yang menarik rambut panjang Alesya untuk mendongakkan kepala Alesya. Tingkah laku yang terus berulang di setiap harinya, membuat banyak luka bagi Alesya bukan hanya di benak, melainkan juga sebuah luka fisik yang akan selalu membekas di tubuh nya seumur hidup.

" AKKKKK " teriakkan Alesya yang kesakitan karena puntung rokok dioleskan di seluruh tangan nya.

" Sumpal ! " Arahan Adel yang masih menggosok-gosok rokok itu ke lengan Alesya yang telah memerah

mendengar perintah dari Adel, Alya langsung menggunakan sebuah dasi pramuka yang ia pegang di tangan kanan nya, ia pun memasukkan nya kedalam mulut Alesya. Dengan tangan kirinya yang tidak berhenti menarik rambut Alesya.

Dengan air mata yang terus mengalir, Alesya hanya dapat meraung karena mulutnya telah tidak bisa lagi mengeluarkan teriakan karena sumpalan dari Alya.

" guys, ada pak Bandi !! " ujar Ella yang melihat pak Bandi yang merupakan penjaga TU sedang berjalan ke arah mereka

" HEYY!!! " Teriak pak Bandi dan berlari untuk menghentikan aksi kejam ini

Pak Bandi membuka sumpalan mulut Alesya, lengan nya memerah dan rambut nya yang sebagian telah rontok karena jambakan dari Alya. Pak Bandi pun mengajak mereka semua ke ruang guru untuk di interogasi lebih lanjut. Para guru telah berkumpul karena instruksi dari pak Bandi.

" Ada apa pak Bandi ? " Ucap salah satu guru yang memasuki ruangan yang telah lengkap dengan kepala sekolah dan guru lainnya.

" Saya tadi menyaksikan perilaku yang tidak lazim yang dilakukan oleh ke 3 siswi ini " ujar pak Bandi dan sekilas melihat ke arah mereka bertiga yang duduk di satu sofa yang sama.

Adel, Alya, serta Ella tidak ada raut wajah penyesalan, mereka hanya duduk santai seperti sedang ada di rumah mereka sendiri. Dan berbeda dengan Alesya, yang sedang terduduk dengan kedua tangan nya yang bergetar serta mengepal di atas paha nya dengan terus menunduk untuk menutupi luka-luka yang di akibatkan oleh 3 srikintil jahanam ini. Seakan yang saat itu yang menjadi pelaku adalah Alesya dan bukan mereka. Pak Bandi pun menjelaskan semua nya dari apa yang ia lihat. Namun, respon yang diharapkan mereka berbeda jauh seperti yang dibayangkan Alesya dan juga pak Bandi.

" neng Adel ? " tanya kepala sekolah

" iya pak, ga mungkin dong saya melakukan hal itu " ujar Adel dengan nada yang seperti tak bersalah

" iya pak saya juga " ujar Ella

Lihat selengkapnya