SATU KEHIDUPAN BELAKA
—Aku tidak tahu kapan pastinya. Tapi aku kira-kira ingat itu sebelum aku berumur 10 tahun.
Aku terlahir sebagai putri sepasang suami istri bangsawan. Baron Ahleit. Ayahku adalah ayah yang penyayang bagi anak dan istrinya, tapi tegas dan berwibawa terhadap orang lain. Hagel Ahleit.
Lebih murni dari ayahku, ibuku ialah perwujudan dari kelembutan. Beliau bak dewi kecantikan, benar-benar memancarkan pesona ramah. Charlotte Drestea. Dalam hidup aku tak pernah sekalipun melihat ibu marah.
Oh, kecuali saat ayah pulang larut malam dengan tante. Ibu mengira dia adalah wanita simpanan ayah. Yah, ibu marah besar waktu itu.
Tumbuh di lingkungan yang menurutku paling ramah telah membentuk bagaimana pertumbuhan kepribadianku. Aku tumbuh dengan sehat dan sejahtera. Makan 3 kali sehari. Akan tetapi pertumbuhanku agak.. mungkin lambat dibanding gadis pada umumnya.
Suatu kali aku bertanya ibu yang hanya beliau tanggapi dengan 'Tak apa Ranelli, kamu pasti akan tumbuh besar suatu hari nanti. Pasti.' Karena ibu yang bilang begitu, aku dengan mudah percaya padanya waktu itu..
Ah, tapi baiknya aku memiliki daya serap baca yang bagus. Aku cukup cepat memahami bacaan. Entah itu aritmetika, linguistik, dan bahkan sihir. Membicarakan sihir, aku juga dilatih oleh mentor yang ayah sewa.
Beliau mahir dalam meragakan sihir, penjelasannya pun tak terkesan terbata-bata dan meragukan. Aku akan berlatih mulai hari senin hingga sabtu di pagi hingga siang hari setiap kali. Hal yang menghebohkan adalah bahwa rupanya aku mempunyai daya sihir yang besar. Bahkan mentorku terkejut. Tak terkecuali orang tuaku.
Malahan orang tuaku lah yang mendorongku untuk terus menekuni bidang sihir. Aku tak tahu kenapa, tapi ayah amat mengagumi sihir. Bagi dirinya yang tak bisa menggunakan sihir dalam hidupnya, ia benar-benar bangga pada pencapaianku rupanya.