BUDAK
Oleh sebab pertunjukkan ekshibisi sirkus diadakan sewaktu malam hari, dan sekarang sudah larut, maka perlahan tapi pasti penonton mulai menyusut. Bubar meninggalkan tempat pertunjukkan dengan raut wajah sumringah telah menjadi hal biasa yang kulihat sekarang ini.
'Hmhm, mereka pasti puas dengan acara sirkusnya. Memang pertunjukkan ini dikoordinasi secara profesional dan serius. Apalagi waktu pertunjukkan sulap. Ah! Aku ingin melihatnya lagi, seperti bagaimana dia tampak begitu mudah memindahkan kartu ke lubang hidungnya? Padahal awalnya ia letakkan di antara jemari-jemarinya..'
Namun yang membuatku sedikit penasaran ialah masih banyak orang yang berlalu lalang di sudut agak jauh dari tenda sirkus. Menilai berdasarkan model pakaian yang mereka kenakan, aku kira-kira bisa menebak mereka termasuk lapisan atas kaum bangsawan. Rata-rata pakaian yang mereka pakai begitu glamor dan elegan. Perhiasan-perhiasan yang mereka kenakan pun sungguh berkilau dan tampak mahal. Sangatlah mudah tuk dikenali sebagai para nona bangsawan setingkat marquess ke atas, setidaknya.
Sementara pada pria jangkung di sampingnya, mereka tampak tak menonjolkan sisi kekayaan yang mereka miliki, paling-paling bahan pakaian yang mereka gunakan lebih halus dengan harga yang bisa membuat dompetmu menangis. Selain itu tak ada barang mewah yang menonjol, tetapi meski tanpa itupun aku kira-kira bisa menebak posisi apa yang mereka pegang dengan mereka yang mendampingi nona-nona bangsawan glamor tadi.
Sedikit lebih jauh dari mereka, aku juga bisa melihat sederet siluet hitam di beberapa titik tangkai pohon yang rindang, menjauhkannya dari pandangan mata yang tak terlatih. Sebuah pengecualian untuk penyihir sepertiku, mengenali kehadiran mereka adalah yang mudah. Melalui penerapan sihir angin, detection, aku lebih dari mampu merasakan aspek kehidupan mereka. Hembusan nafas, debar jantung, gemerisik pakaian sekalipun dapat aku tangkap.
Berpikir tentang ini membuatku merasakan ketidakadilan. membayangkan para veteran ksatria bercucuran keringat berusaha keras mengasah kemampuannya sepanjang waktu, sedangkan penyihir melalui bakatnya dapat memperoleh kemampuan yang hampir sebanding dengan ksatria berpengalaman hanya dengan upaya minimal.
Tapi apa yang bisa kulakukan? Di dunia ini, bakat sihir adalah hal yang amat bernilai. Tidak semua garis keturunan penyihir pasti akan selalu melahirkan generasi penyihir yang baru. Hal yang sebaliknya terjadi pada keluarga yang sebelumnya tak memiliki satupun garis keturanan penyihir suatu hari malah secara ajaib melahirkan anak atau cucu dengan bakat sihir ke dunia.
Hal-hal seperti bakat sihir tak dapat kita seenaknya tentukan, hingga kini persoalan itu masihlah menjadi bahasan yang kerap diperdebatkan. Ada suatu angggapan bahwa memikirkan asal muasal seseorang dengan bakat sihir hanya dapat diartikan sebagai bidah aliran sesat. Hal itu benar-benar tak diperbolehkan dan bila ditemukan kemungkinan terburuknya akan dibaptis oleh uskup gereja Suci.
Tak tahu akhir mereka seperti apa, tapi kurang lebih yakin tak ada hal baik daripada menyalahi aturan ketat gereja.
'Semoga aku tak berakhir ditahan di sana. Apapun selain itu.. tolong.. Hm?'
Di sudut penglihatanku, aku melihat seorang anak kecil seumuranku atau lebih tua dariku. Ia berdiri lumayan jauh dari sekumpulan bangsawan kaya raya tadi, posisinya lebih dekat ke samping tenda sirkus. Tampaknya dia sedang memindah angkutkan kotak-kotak kayu.
'Hmm..'
Melihat ayah dan ibu masih mengobrol dengan tuan tanah bangsawan lain. Pelayan maupun vassal kami pun seluruhnya terfokus pada mereka, maka..
"Sst, Daisy, aku pergi main dulu, sebentar. Jangan katakan pada ayah dan ibu, dah."
"A-ah, apa? Nona.."
Sambil mengendap-endap aku berjalan perlahan menuju ke arah bocah laki-laki tadi. Untuk jaga-jaga aku juga menyalurkan energi sihir anginku ke titik-titik yang aku pikir akan menimbulkan suara bising. Sihir angin pun memiliki kegunaan lain untuk menyembunyikan kehadiran selayaknya semudah mengungkap vitalitas seseorang.