The Storyteller, Macedonia

Yayuk Yuke Neza
Chapter #10

Sembilan

Aku belum lama mendengar kabar, sebagian besar pasukan dan Hephaestion sendiri telah menghabiskan banyak tenaga dalam pertempuran demi mengamankan perbatasan Utara. Setelah mengalahkan negara Triballi di dekat Sungai Lyginos, anak Sungai Danube, pasukan terus bergerak selama tiga hari menuju Sungai Danube.

Pasukan menyeberangi sungai pada malam hari, dan itu mengejutkan suku Getae. Setelah terjadi pertempuran, akhirnya suku Getae menyerah kalah, dan melarikan diri. Orang-orang Getae mundur, meninggalkan kota-kota mereka pada pasukan Macedonia.

Betapa membayangkan semua itu sudah membuatku lelah, juga penat. Aku tidak mengerti bagaimana para lelaki seolah-olah tidak merasakannya. Mereka terus bergerak dan bergerak. Sering kali saat Hephaestion bercerita, aku terdiam menahan sanggahan, sebab di seberang pemikiran ada pendapat berbeda. Penaklukkan adalah suatu kebutuhan bagi para penguasa, aku teringat salah satu pesan Ayah. Mungkin, itulah yang dirasakan oleh para raja dan pasukannya.

Mistress memikirkan Tuan?” Jace bertanya padaku.

“Aku tidak dapat berhenti memikirkannya? Apakah aku salah, Jace?” Aku bangun, duduk kembali.

Jace dan Callia hanya memandangku yang telah berdiri.

“Aku tidak mengatakannya, Mistress. Maaf, atas sikapku.”

“Tidak, tidak. Kau tidak salah, Jace. Aku sungguh bertanya, mengapa sulit bagiku untuk tidak memikirkannya.” Aku berbalik, memandang mereka. seketika keduanya menunduk. “Apa kalian tidak pernah begitu? Aku ingin tahu, apakah kalian tidak pernah memikirkan Tuan, tak peduli itu Hephaestion atau Tuan kalian sebelumnya?”

Jace dan Callia masih menunduk.

“Aku tidak punya gagasan tentang pemikiran seperti itu, jadi aku tidak bisa menjawab pertanyaan Mistress.”

Aku hendak membuka mulut, tetapi urung. Rasanya akan percuma bersikap keras pada mereka.

“Aku hanya mencemaskan keselamatan Tuan. Dia pasti lelah setelah perjalanan dan banyaknya pertempuran untuk mengamankan perbatasan Utara,” keluhku pada akhirnya.

Berita lain yang sampai ke telingaku, Raja dan seluruh pasukannya baru menyelesaikan pertempuran di wilayah Barat. Namun, Raja Illyria dan sekutunya memberontak. Tiba-tiba, mereka melawan otoritas kepemimpinan Macedonia sehingga terpaksa Alexander harus menyerang untuk menundukkan mereka.

Aku pikir akan ada pesta perayaan atau semacamnya. Akan tetapi, justru sekarang sejumlah pasukan besar dibawa ke Selatan. Kalimat Ares kembali terngiang, bahwa Raja Phillip semasa muda pernah belajar seni berperang dari Thebes, dan Selatan adalah tempat di mana Thebans tinggal. Semakin aku mencoba mencari jawaban, rasanya aku kian tidak tahu apa-apa.

Mistress, ada pesan untukmu.” Suara prajurit penjaga dari luar mengejutkanku. Pembicaraanku dengan Jace dan Callia pun terhenti.

Aku menyuruh penjaga masuk, dia membawa pesan. Kuterima lipatan kecil darinya dengan sukacita mendalam. Surat itu datang bersama dengan perintah lain untuk semua orang. Pantas di luar sana, terlihat dari celah tenda, kelompok-kelompok sudah dibagi dan bersiap.

Lihat selengkapnya