“Mistress, masih tidak sehat?” Jace menyambutku, ketika aku berjalan menghampiri mereka.
Seperti hari-hari biasa, keduanya dan beberapa perempuan lain akan mengerjakan pekerjaan bersama-sama di sebuah ruangan besar khusus pelayan. Aku tersenyum pada Jace. Callia pun bangkit. Dia meletakkan kain yang tengah dijahitnya.
“Aku baik. Penyembuh yang baru didatangkan dari Athena itu, mereka ahli membuat obat. Aku merasa lebih baik setelah meminum cairan pekat dan pahit yang dibawakan ke kamar.”
Wajah keduanya berubah, tampak senang. Aku bertanya apa yang mereka kerjakan, meski aku tahu keduanya tengah menjahit sesuatu. Entah itu untuk Hephaestion atau bukan, kadang kala mereka membantu pekerjaan pelayan dari kamar lain.
Aku tidak bisa berbohong, bahwa ada rindu yang sering datang dan ingin rasanya bertemu keduanya. Callia menunjuk salah satu sudut, memintaku duduk di sana. Aku bersedia. Tak lama kemudian, dia berlari memungut pekerjaannya, juga milik Jace lalu bergabung bersamaku.
“Mistress, apakah aku boleh menanyakan sesuatu?” Jace memulai.
“Tentu, kau ingat aku masih Demeter, kau bisa memanggilku begitu, Jace.” Sungguh aku berkata jujur, bahwa mereka tidak perlu menilaiku berlebihan. Aku masih Demeter yang dulu mereka kenal.
Jace dan Callia saling pandang, mengangguk penuh isyarat. Aku menduga mereka memiliki rahasia, atau akan menanyakan sesuatu yang penting. Sebab didera rasa ingin tahu, aku jadi gelisah.
“Apakah Penyembuh tidak mengatakan sesuatu tentang kesehatan Mistress?” Jace memulai, aku menggeleng. “Aku pernah punya anak, Mistress. Dulu, dia sakit. Dewa lebih sayang padanya sehingga mengambil anakku saat usianya baru dua tahun.”
“Aku turut bersedih,” selaku.
Jace menggeleng. “Itu sudah lama terjadi, Mistress. Aku dan Callia berpikir ….”
Lagi-lagi mereka saling pandang. Callia justru mengamati kanan-kiri, seolah-olah tak ingin ada yang mendengar percakapan kami.
“Kami berpikir, Mistress tengah mengandung.” Callia meneruskan ucapan Jace.
Kecurigaan mereka, bagai sambaran petir di tengah hari terik. Aku menunduk, memandang perutku sendiri yang masih rata. Bagiku belum ada pertanda apa pun yang dapat membuat orang lain berpikir aku mengandung.
“Kalian, aku tidak mungkin mengandung.” Aku menyanggah, entah mengapa rasanya aku ingin bersembunyi dari mereka.
Dalam hati, aku takut semua orang akan melihat tanda-tanda itu. Tanda-tanda yang menyebabkan kecurigaan Jace dan Callia. Telapak tanganku berkeringat dingin, kecemasan mendera dan mengimpitku dalam kesendirian. Anganku putus asa memikirkan, apa yang membuat mereka berpikir begitu. Apa yang berubah dariku? Apa yang berbeda dari bentuk tubuhku?
Akankah, akankah Hephaestion menaruh curiga atas kehamilanku? Jika Jace dan Callia tahu, bagaimana bila seandainya Hephaestion pun tahu?
“Kau tidak apa-apa, Mistress?” Jace menyentuh bahuku. Gerakannya membuatku berjingkat, terkejut.
“Aku tidak apa-apa, tiba-tiba kepala terasa berat.” Aku mencari cara menghindari mereka.