The Storyteller, Macedonia

Yayuk Yuke Neza
Chapter #16

Lima Belas

Aku tengah bersama Jace dan Callia tatkala prajurit kepercayaan Hephaestion datang memberiku gulungan kulit hewan. Rupanya Tuan menuliskan kondisi terakhir di medan pertempuran. Dia telah pergi selama beberapa minggu, sementara aku menunggu di tempat yang mana bersama mereka yang bukan bagian dari pasukan utama.

Sungguh, aku tidak tahu apa maksud Tuan kembali bersikap seperti dahulu, setelah semua yang terjadi.

Usai Jace dan Callia meningalkan tenda, aku mulai membaca. Hephaestion memberi tahuku, pasukan terus berjalan, tetapi mereka tidak ada yang tahu letak pasti pasukan besar Persia. Apakah Persia masih berada di pusat Kota Babylon atau sebaliknya tengah mencari pasukan kami.

Situasi yang tidak menentu membuat Alexander membawa pasukannya menuju Sungai Granicus yang mengalir melewati Troy dan terus ke Utara sepanjang pesisir menuju laut.

Aku mencoba mencerna maksud Tuan yang mengabarkan bahwa akan sulit membawa semua pasukan ke seberang, tetapi bukan mustahil jika dapat menemukan caranya.

“Alexander harus memikirkan cara terbaik untuk menyerang sekaligus melewati sungai.”

Kuulang beberapa kali membaca kalimat tersebut. Apakah sudah ditemukan caranya? Sementara itu, Parmenion juga telah memberi saran agar mereka menunda penyerangan untuk menyusun rencana. Akan tetapi, Alexander menolak dengan alasan bahwa tindakannya akan dianggap takut menghadapi pasukan Persia.

Aku tidak bisa membayangkan sikap penolakan Parmenion. Bagaimanapun, Parmenion adalah yang tertua di antara para jenderal, selain Cleitus The Black. Juga, ada kedua anak Parmenion yang bergabung dalam pasukan, Philotas dan saudara laki-lakinya. Parmenion adalah sosok yang berpengaruh, dan memiliki sikap begitu tegas. Dia mungkin berdebat dengan Alexander.

Namun, pertempuran tetap terjadi sesuai keinginan Alexander. Parmenion mendapat kepercayaan untuk memimpin sayap kiri, sementara Alexander sendiri memimpin bagian kanan pasukan. Alexander menggunakan strategi lama, yaitu pasukan berkuda di bagian sayap dan infanteri di berada di tengah.

Pasukan Macedonia berencana mengepung pasukan Persia dari kedua sisi, begitu yang kupahami dari tulisan Tuan. Namun, Dewa tidak berpihak pada Macedonia. Formasi mereka kacau. Prajurit yang berhasil mencapai seberang sungai dapat dengan mudah dibunuh oleh lawan.  Mereka dibantai Memnon dari Rhodes, salah satu komandan bayaran terhebat Persia mengayunkan senjatanya tanpa ampun.

Aku seperti kehabisan udara. Sesak ketika membaca, pertempuran menjadi tidak terkendali. Sampai-sampai Alexander turun dari kuda, untuk membantu pasukan tengah yang mulai banyak berkurang di antara pasukan lain. Dia sempat terjatuh, dan tak bersenjata. Kemudian Demaratus dari Corint melihat sang raja, langsung memberikan senjatanya. Alexander menerima bantuan Demaratus, lalu dia menyerang kembali. Alexander berhasil membunuh anak tiri Raja Persia.

“Alexander hampir terbunuh ketika seorang satrap Persia menyerang dari belakang,” tulis Hephaestion, sungguh mengejutkan. Beruntung, Cleitus melihat hal buruk itu, dan segera memotong pergerakan satrap yang hendak membunuh Alexander.

Dalam pertempuran di Granicus, Macedonia berhasil memukul mundur pasukan Persia. Meski begitu, banyak prajurit Macedonia yang menjadi korban. Pasukan lawan yang masih hidup dan tertangkap, kemudian dibunuh sebagai bentuk peringatan untuk Raja Persia.

Aku membaca kalimat berikutnya. Tuan menuliskan bahwa prajurit-prajurit yang gugur dikubur dengan cara terhormat sebelum pasukan meninggalkan medan tempur untuk terus berjalan.

Alexander sungguh baik. Entah mengapa, aku tersenyum. Apakah aku masih menyimpan perasaanku untuknya? Atau aku hanya kagum sebab Hephaestion berkata, Alexander tidak menyerang kota-kota yang mengaku menyerah. Alexander hanya menarik pajak dan meminta tambahan pasukan, dengan begitu tidak perlu ada pertumpahan darah dan pertempuran yang sia-sia.

Hephaestion memberi tahu, dia menulis saat pasukan beristirahat untuk mengumpulkan kekuatan. Maka, dia punya waktu senggang untuk memberiku kabar yang cukup panjang. Tuan menulis, Alexander telah mengirim sekitar tiga ratus set senjata perang ke Athena sebagai tanda terima kasih. Alexander ingin menunjukkan bahwa dia menghargai seluruh bantuan Yunani atas kemenangan Macedonia atas Persia, kecuali Sparta.

Lihat selengkapnya