Hephaestion pergi, tanpa menunggu jawaban dariku. Kepalaku pening seketika, telinga berdenging. Aku tidak mampu menahan dada yang semakin sesak oleh pertanyaan, mengapa dia bertanya apa yang kulakukan? Aku menyusulnya, demi dia.
Mistress! Aku mendengar teriakan, samar lalu menghilang.
Aku tidak dapat merasakan apa pun selain gelap dan dingin. Darah, aku mencium bau darah segar. Akan tetapi, mataku tidak menemukan sesuatu, kecuali gelap. Kakiku beku, sulit sekali digerakkan. Sekuat tenaga aku mencoba, lalu aku terjaga.
Sepi. Kesekian kalinya aku terbangun di tempat perawatan. Masih teringat jelas olehku, punggung Hephaestion berjalan menjauh seolah-olah aku tak ada. Terekam dalam ingatan kain merah yang melingkar di bahunya berkibar tertiup angin laut. Untuk pertama kalinya, aku menyadari pengabaian Hephaestion lebih menyakitkan dibandingkan perlakuan buruk Ares.
Aku bangkit, mencoba berdiri tanpa bantuan. Lagi pula tidak ada siapa pun. Aku akan menemui Hephaestion, mencari tahu apa yang terjadi dan bertanya kenapa. Ada sesuatu yang harus kukatakan padanya.
Perlahan kusibak kain pintu tenda. Aku seketika menyipit pandangan, terpaan sinar matahari begitu menyilaukan. Untuk mengurangi pusing, aku memejam dan menggeleng beberapa kali. Setelah merasa sedikit lebih baik, aku membuka mata sambil melangkah keluar tenda.
Aku baru berjalan beberapa langkah, di depanku lewat dua komandan perang setengah berlari menuju satu arah. Di depan agak jauh sana, tampak ada kerumunan. Rasa ingin tahu tiada dapat kubendung. Langkahku tanpa sadar mendekati keramaian yang terjadi.
Samar-samar seperti ada perdebatan antara beberapa orang. Aku mendengar suara Hephaestion di antara suara lainnya. Hal penting apa yang membuat semua orang berkumpul ....
Salah satu komandan menjawab pertanyaan serta keingintahuanku. Di dalam sana, seorang penyembuh menawarkan pengobatan untuk Alexander. Aku menutup mulut, usahaku menahan diri dari keterkejutan. Apa yang terjadi pada Raja?
Komandan itu mengatakan, Alexander memercayai mitos-mitos itulah sebab dia melepas pakaian kemudian berendam di Sungai Cydnus. Sungai Cydnus terkenal memiliki daya untuk menyembuhkan dan menyehatkan tubuh sehingga menjadi lebih bugar. Namun, yang terjadi justru sebaliknya Raja mengalami kram perut. Sampai dia hampir tenggelam, para penjaga harus bekerja sama untuk dapat mengangkatnya dari sungai. Kemudian Alexander dibawa kembali ke tenda dalam keadaan mengkhawatirkan, putih pucat dan hampir tidak sadarkan diri.
Aku membuka mulut ingin bertanya ….
Namun, komandan di hadapanku lebih dulu menyela dengan berkata kami semua membutuhkan Alexander lebih dari apa yang dibutuhkan rakyat pada rajanya. Bila hal buruk terjadi, maka siapa yang akan membawa kemenangan untuk Macedonia. Bahkan, para prajurit infanteri memiliki perbedaan pendapat. Mereka memiliki kecenderungan memihak pada satu nama, dan pasukan akan terpecah.
“Oleh sebab itu, semestinya kita mencoba segala cara untuk menyembuhkan Raja.” Aku menanggapi. Dalam hati tertawa miris, bahwa aku telah benar-benar diabaikan sebab Hephaestion pasti akan lebih memikirkan Alexander dibandingkan denganku.
“Kau benar, Mistress. Kami semua berdoa agar Raja secepatnya pulih kembali.”
“Lalu untuk apa diadakan tawar menawar dengan Penyembuh? Aku tidak mengerti, mengapa tidak diterima, Penyembuh yang merasa sanggup mengembalikan kesehatan Raja.”
Komandan itu tidak menjawab, dia justru menunduk sesaat kemudian menengadah lalu memandangi sekitar. Sikapnya sungguh mencurigakan.
“Aku tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan, Mistress.”