The Storyteller, Macedonia

Yayuk Yuke Neza
Chapter #37

Tiga Puluh Enam

Di dalam tenda khusus, para jenderal dan teman kepercayaan Alexander tengah berunding. Mereka menyusun strategi. Aku mendengarkan dari luar, dengan tujuan ingin menunggu Tuan.

Hephaestion tidak mengatakan apa pun, segera pergi ketika mendengar Alexander mengajak semuanya berunding.

“Kau tidak boleh di sini, Mistress.” Prajurit penjaga tenda mengingatkanku lagi.

“Kau tahu aku mistress paling setia Tuan Hephaestion. Mengapa kau memintaku pergi? Aku akan pergi bila Tuan memintaku pergi.” Aku menyanggah prajurit itu.

“Laporkan pada Hephaestion, perempuan ini mengganggu. Kita tidak bisa percaya pada—“

“Bertanyalah kalau kalian punya nyali. Aku yakin Alexander akan menghukum kalian, karena mengganggu perundingan di dalam sana.”

Kedua prajurit saling pandang. Aku tertawa dalam hati, sebab berhasil menakut-nakuti mereka. Alasanku masuk akal, meski aku sendiri tidak yakin Alexander akan menghukum mereka. Akan tetapi, prajurit penjaga pun pasti tahu bahwa perundingan strategi perang merupakan pembicaraan penting. Siapa pun pasti akan berpikir dua kali untuk sekadar menyampaikan sesuatu di tengah berjalannya perundingan.

Kedua penjaga diam pada akhirnya. Aku enggan memperhatikan mereka. Yang kulakukan selanjutnya, berdiri di dekat pintu untuk menunggu Hephaestion. Selebihnya, mendengarkan apa yang semua orang bicarakan di dalam.

Alexander memerintahkan Jenderal Parmenion dan putranya, Philotas, memimpin pasukan berkuda di sayap kiri. Posisi bertarung yang sudah umum mereka gunakan. Alexander sendiri akan memimpin sayap kanan, dibantu beberapa orang tambahan.

Salah satu dari mereka menyanggah, aku tidak tahu siapa yang berbicara, sebab sulit mengenali suara seseorang di tengah perundingan. Si penyanggah mengatakan, tidak adil bila para jenderal besar lebih banyak berkumpul di sayap kanan, sementara sayap kiri hanya Parmenion dan Philotas.

Alexander menjelaskan lagi. Dia akan mengambil risiko, sebuah rencana besar yang baru terpikirkan beberapa waktu lalu. Dia menjelaskan lebih lanjut, ketika semua pasukan sudah maju, termasuk infanteri. Maka, saat yang sama, Alexander, Hephaestion, dan Cassander, ditambah beberapa komandan unggulan akan melepaskan diri dari sayap kanan. Raja dan yang lain berniat menerobos barisan tepi pasukan Persia agar dapat menjangkau Raja Darius dalam waktu secepat mungkin.

Sebuah sanggahan lain terdengar, menilai strategi Alexander sungguh berisiko. Raja bisa terbunuh oleh pasukan Persia, ditambah penyerangan langsung bukanlah gagasan yang bijak. Pasukan Persia sungguh banyak, dan dari pertempuran sebelumnya mereka tahu, di sekeliling Raja Darius berdiri patuh para satrap setia. Mereka andal dalam pertarungan jarak dekat.

Beberapa suara menyetujui sanggahan-sanggahan yang dikemukakan. Tak lama kemudian, Cassander mengusulkan agar Alexander melakukan penyerangan diam-diam di malam hari. Bila ingin membunuh Raja Darius dengan tangan Alexander sendiri, cara termudah adalah dengan melakukan penyerangan malam tatkala mereka tidak siap.

Alexander terdengar tidak senang mendengar usulan Parmenion. Raja mengatakan, dia tidak mau dikenal pengecut, karena mencuri kemenangan dari Raja Darius. Juga, apabila rencana penyerangan diam-diam itu berhasil, berita yang tersebar akan memperburuk citra Alexander. Yunani dan seluruh Asia akan menganggap Alexander takut menghadapi Darius dalam pertempuran terbuka.

Lihat selengkapnya