The Storyteller, Macedonia

Yayuk Yuke Neza
Chapter #45

Empat Puluh Empat

“Berikan itu padaku!”

Aku merebut satu kotak berisi kantong kain uang keping dari tangan Ptolemy.

Dia membuka mulut, seperti akan bicara. Di saat yang sama Hephaestion mendekat, berhenti di belakang Ptolemy. Mereka saling pandang sekilas, lalu keduanya menatapku. Aku mengangkat sekali lagi kotak di tangan, lalu mengabaikan mereka.

Seorang perempuan yang satu tangannya cacat maju dari barisan. Aku memberikan sekantong uang padanya, berlanjut seterusnya sampai kotak yang kupegang kosong.

Aku beberapa kali memperhatikan Hephaestion dan Ptolemy. Mereka seperti membicarakan sesuatu. Keduanya berdiri cukup dekat, pandangan mereka mengawasi sekitar. Akan tetapi, aku menangkap gerakan bibir yang saling bergantian. Tidak salah lagi, keduanya membicarakan sesuatu yang mungkin begitu penting.

Jika di antara Hephaestion dan Ptolemy hanya ada perbincangan biasa, aku sudah pasti mendengar. Mereka akan berkelakar, saling mengejek dengan suara keras sampai mungkin seluruh kerumunan memperhatikan. Aku telah menghabiskan banyak waktu bersama Hephaestion, Alexander, dan orang-orang di sekitar mereka. Sedikit banyak, aku mengetahui kebiasaan-kebiasaan baik ataupun buruk yang kerap mereka lakukan.

Kantong kain dalam kotak telah habis. Aku meminta letnan lain menggantikan tempatku. Pembagian pada orang-orang Yunani yang kurang beruntung harus selesai dalam satu hari, begitulah perintah Alexander.

Letnan pun mengambil kotak lain dari gerobak persediaan. Setelah menjelaskan padanya apa yang harus dilakukan, aku memberanikan diri menghampiri Hephaestion dan Ptolemy.

Ptolemy tersenyum saat melihatku berada di samping Hephaestion. Senyum tipis yang lebih kuartikan sebagai seringai. Lalu, Ptolemy mengatakan sesuatu, menanggapi sekitar dan menilai jalannya pembagian harta untuk para pengungsi dari Yunani.

“Menurutku, mereka akan memiliki masa depan yang lebih baik bila bersedia dipulangkan ke Yunani.” Pandangan Ptolemy mengarah padaku.

Kuanggap dia menginginkan pendapatku. “Aku memiliki pendapat yang sama dengan, Tuan Ptolemy. Tetapi, kita tidak bisa memaksa mereka semua untuk pulang.”

Hephaestion mengangguk. “Benar. Alexander juga telah memberikan perintah jelas, mereka akan tetap di Persepolis sesuai kesepakatan. Aku yakin mereka akan memiliki hidup yang lebih baik.”

Hephaestion mengangkat kain yang menutupi bahunya, gerakan untuk menghalau dingin. Musim dingin masih belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir di awal Januari, bulan pertama di tahun keempat kami meninggalkan Eropa.

Ptolemy mengangguk perlahan. Pembicaraan kami terhenti sesaat. Perhatian kami mengawasi sekitar. Para pengungsi yang sudah mendapat bagian segera bubar.

Kuarahkan pandangan, mengikuti langkah orang-orang itu. Para pengungsi yang kami bantu adalah orang-orang Yunani yang dulunya tertangkap, dijual sebagai budak, atau saudagar yang kalah di perjudian. Banyak peristiwa yang mendasari nasib buruk mereka sampai jatuh ke tangan kejam satrap Persepolis.

Lihat selengkapnya