The Storyteller, Macedonia

Yayuk Yuke Neza
Chapter #46

Empat Puluh Lima

Aku berjalan di belakang Alexander. Dia sudah tidak lagi mengenakan baju perang. Akan tetapi, Alexander menolak ketika orang-orang Persia memintanya berganti pakaian seperti pemimpin Persia. Alexander tetap mempertahankan ciri kebudayaan Yunani, kain putih sebagai pakaian dasar lalu kain panjang berwarna emas digunakan untuk menutupi bahu.

Hephaestion, Ptolemy, Cassander, Cleitus, Parmenion, dan Philotas, hampir semua orang-orang terdekat Alexander hadir di balairung utama. Alexander duduk di singgasana Darius. Dia memberikan beberapa perintah kepengurusan dan tatanan kota.

Beberapa penguasa Persepolis yang masih hidup, mereka bergantian menjilat. Bahkan, ada yang berlutut di kaki Alexander. Jauh di belakangku, di sudut paling jauh terdengar bisik-bisik samar. Ketika aku menoleh, mereka para pelayan langsung terdiam.

Aku tidak menyalahkan seandainya mereka membenci Alexander atas kekalahan Persepolis. Akan tetapi, sungguh menggunjing adalah perbuatan yang tidak sopan. Sebaliknya, hampir semua dari para pelayan itu akan diam seribu bahasa ketika diberi pertanyaan. Ingin rasa hati, menghampiri lalu menegur mereka.

Demi mengurangi kekesalan dalam dada, aku menghela napas panjang. Kuembuskan perlahan, kuulangi lagi beberapa kali. Usai memastikan para pelayan tidak tahu diri itu benar-benar diam, aku mengalihkan pandangan kembali ke depan.

Tanpa sengaja tatapanku bertemu dengan Hephaestion yang berdiri di sisi berlawanan. Aku buru-buru membuang muka, takut ada orang lain yang menyadari masih adanya sesuatu di antara kami. Tiba-tiba aku gelisah membayangkan kemarahan Alexander yang seperti tak kenal ampun.

“Aku sudah mengatakan padamu untuk berhati-hati.” Seseorang berbisik, di sebelahku.

Aku berusaha mengabaikan ucapan Ptolemy. Hubunganku dengan Hephaestion dan Alexander sudah begitu rumit, aku tidak ingin berurusan dengan Ptolemy.

Cerita-cerita Jace masih melekat kuat dalam ingatan. Bagaimana Ptolemy memperlakukan perempuan dengan semena-mena, kecuali istri atau simpanan kesayangannya. Bukan tidak mungkin Ptolemy akan memanfaatkan apa yang dia ketahui tentangku dan Hephaestion. Untuk itu, aku harus terus berhati-hati.

Alexander tiba-tiba berdiri. Suasana di balairung menjadi riuh. Di salah satu sisi terdapat keluarga Raja Darius, mereka terlihat cemas. Aku segera memperhatikan apa yang sedang terjadi, apa yang membuat Alexander bangkit dari singgasana megah di sana.

Perlahan Alexander menuruni anak tangga kecil di depan singgasana. Dia menatap lurus salah satu petinggi tatanan Persepolis.

“Antarkan aku ke tempat, di mana kalian menyimpan harta.”

Pejabat Persepolis itu mengangguk, tetapi Alexander sudah beralih memandang kerumunan di hadapannya. Raja meminta beberapa orang, yang terdekat untuk mengikutinya.

Aku ikut, pikirku dalam diam.

Lihat selengkapnya