The Strange Case of Milan and Madrid

Galilea
Chapter #15

Bab 14

Pulang kerja, ayahku membawa banyak kantong kresek. Tidak seperti kemarin, wajahnya tampak ceria.

“Cair … cair...,” serunya sambil tersenyum lebar, menyodorkan kantong kresek yang isinya makanan dan minuman. Jujur, aku juga ikut senang. Apa karena perutku lapar?

“Dua bulan langsung di muka! Entar malem, kita bisa karokean Mad.”

“Nggak, buang-buang waktu.”

“Eh? Tumben? ” dia mendadak diam.

 “Giliran aku yang masak,” kataku bangkit sambil membawa kantong-kantong itu. 

Saat berjalan ke dapur aku bisa merasakan tatapannya intens mengarah kepadaku.

Dulu kami berempat sering ke tempat karoke kalau merayakan sesuatu sekecil apa pun itu. Ternyata tradisi itu masih diterapkan di rumah ini.

*****

Begitu masuk kamar, aku langsung membantingkan diri ke kasur, sepatu masih menempel di kedua kaki. Lelah sekali hari ini! Badanku juga masih pegal-pegal akibat pertarungan tadi. Kayaknya si Milan jarang olahraga, jadinya fisiknya lemah! Besok aku mau rajin olah raga plus latihan Jiu Jitsu biar tubuh kuat dan tetap jadi jagoan.

Eh tapi kenapa pikiranku seolah-olah aku akan berada di tubuh Milan selamanya? Buat apa jadi jagoan tapi bukan sebagai diriku sendiri. Harusnya fokusku tetap mencari penangkal kutukan body-swap ini.

Lihat selengkapnya