Hari Sabtu ayahku tetap bekerja. Jujur aku lega, dengan begitu aku bisa sendirian di rumah. Hanya aku dan ketenangan. Aku buka laci meja di kamar Madrid kemudian mengambil foto di dalamnya. Foto di tangan kananku dan kartu tarot nomor 3 di tangan kiriku. Aku pandangi keduanya satu per satu.
Benarkah ibuku sosok dibalik semua ini? Kalau benar lucu sekali. Saat hidup dia pergi meninggalkan kami, sekarang sudah mati dia malah menghantui kami? Sungguh konyol!
Baiklah!! Mari kita pakai kacamata supernatural. Orang yang sudah mati “hidup” kembali kalau ada urusan di dunia yang belum terselesaikan? Kalau begitu, ibuku masih di sini karena ada persoalan yang belum tuntas? Apa?
Apa karena dia tidak bisa memenuhi janjinya kepada kami? Waktu itu dia janji padaku dan Madrid akan segera kembali tapi gagal karena kematian menjemputnya. Okelah kalau itu alasannya. Tapi kenapa dia harus menukarkan identitas kami? Kalau mau jadi hantu gentayangan silakan saja tak ada yang melarang tapi kenapa sampai melakukan ini kepadaku dan Madrid alias anak-anaknya sendiri?
Sebentar, kemarin Gala bilang yang mati hidup kembali bisa juga karena seeking revenge. Jadi ibuku mau balas dendam kepadaku dan Madrid? Apa yang telah kami perbuat sampai-sampai dia ingin menghukum kami?
Aku membanting tubuhku ke tempat tidur, menatap langit-langit. Teori di kepalaku semakin liar dan tak karuan, kalau dibiarkan bisa-bisa bermuara kepada kegilaan.