The Strange Case of Milan and Madrid

Galilea
Chapter #26

Bab 25

Saat aku dan Papa tiba, Nenek masih terbaring di ruang ICU, belum sadar. Dokter bilang Nenek mengalami komplikasi jantung yang kemungkinan besar disebabkan oleh faktor usia. Saat aku tanya apa Nenek akan baik-baik saja, jawabannya “belum bisa menyimpulkan”. Mereka masih memonitor kondisi Nenek dengan seksama untuk asesmen lebih akurat.

“Banyak-banyak berdoa saja,” tutupnya. Jawaban abu-abu seperti ini yang selalu membuatku was-was. Tapi dokter itu benar tidak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa.

Aku kemudian memegang tangan Nenek dan berdoa agar dia cepat sembuh, Papa pun melakukan hal yang sama.

Karena kerabat Nenek mulai berdatangan, aku pun ke luar ruangan. Papa sendiri masih mengobrol dengan Nenek Padma, adiknya nenek.

Begitu keluar aku langsung mencari seseorang. Ternyata dia sedang duduk di koridor, masih memakai seragam putih abu-abu.

Saat aku menghampirinya matanya sedikit membesar. Maklum aku memakai kaos dan celanaku sendiri yang tentunya kegedean di tubuh si Milan. Bodo amat dari pada pake rok seragamnya.

 “Gue mau minta maaf …,” kataku duduk di sebelahnya, “udah ngatain lo imbécil.”

“Oh,” pandanganya berpaling dariku, lurus ke depan. “Kamu bener kok.”

“Nggak! Yang imbécil tuh gue, seandainya gue pinteran dikit semua ini nggak bakalan terjadi.”

Dia menoleh ke arahku kembali seperti meminta penjelasan lebih lanjut.

“Saat lo mutusin buat tinggal sama Nenek, harusnya gue tahu ada yang gak beres. Harusnya gue cari tahu alasannya. Gue kan paling kenal elo, bisa kan ngobrol dari hati ke hati?” tuturku.

Dia cuma menghela napas. “Usia 7-8 tahunan mana bisa seperti itu. Kamu sama bingungnya sama saya.”

Lihat selengkapnya