Sudah dua hari Milan dan Madrid bolos sekolah. Mereka betah diam di rumah sakit, menunggu nenek mereka yang masih belum boleh pulang. Sampai kapan mereka harus menunggu? Mereka tidak tahu karena jawaban dokter selalu ambigu. Tapi mereka bertekad tidak akan pulang sampai hari minggu. Entah karena tanggung atau mereka mengkhawatirkan sesuatu.
Maya sendiri terharu melihat Milan dan Madrid kompak menjaga dan memastikan dirinya baik-baik saja. Ia sangat bersyukur karena jujur dia merasa tak pantas mendapatkannya.
Untuk mengisi waktu, Milan kadang membacakannya buku, sementara Madrid mengajaknya main kartu. Kadang mereka main tebak-tebakan atau nonton film seperti kali ini.
Atasan usulan Madrid, mereka bertiga nonton film horor komedi asal Thailand. Filmnya sukses membuat Madrid terpingkal-pingkal. Maya sesekali tertawa tapi seringnya bukan karena filmnya tapi reaksi heboh cucu laki-lakinya.
Milan sendiri kebanyakan hanya menguap. Menurutnya filmnya terlalu absurd. Ia heran kenapa ada orang buang-buang waktu menulis cerita semacam itu.
“Kok lo nggak ketawa?”