Beberapa jam setelah perjalanan, akhirnya Raynu dan Sunmira sampai di kediaman orang tua Raynu. Ren—ibunda Raynu, memang sudah menganggap Sunmira sebagai anaknya, karena orang tua mereka juga kerabat dekat semasa mudanya. Mama dan papa Sunmira tentu saja tidak merasa khawatir jika anaknya bersama keluarga Raynu, meski sedikit keberatan atas keinginan putri semata wayangnya itu.
Usai bertegur sapa dengan keluarga Raynu. Keduanya bergegas menuju kamar Raynu di atas. Mulai hari ini kamar Raynu akan menjadi kamar Sunmira juga. Raynu membantu Sunmira untuk menata barang bawaannya.
“Rayn.. Sungguh kamu di jodohkan?”
“Hm..”
“Malang sekali, I'm so sad for you"
Lagi-lagi Raynu hanya tertawa kecil mendengar ocehan Mira. Dia menggeleng kecil.
“Jangan katakan siapa orangnya, Rayn. Aku tidak mau dengar. Kau punya pilihan sendiri kan seharusnya?”
“Aku takut salah memilih” ujar Rayn
“Ck! Itu mudah, bukankah kamu yang mengajarkan agar aku tidak takut salah dalam memilih. Astaga, jodoh itu perkara mudah. Saling mecintai, sudah itu saja”
“Itu berbeda..” tambah Rayn sambil mencubit kecil pipi Mira.
Mira mengerutkan keningnya. “Apanya yang beda? Temanya sama saja, me-mi-lih, kan?”