Alaris Aquaria (art by Samudra)
Namanya Corat, dia adalah seorang nelayan penyihir yang sebelumnya mempelajari sihir hanya karena menyukai percikannya yang berkilauan, pergi ke kota untuk menjadi petualang. Hari pertamanya sebagai petualan tanpa grup di gedung Serikat Petualang, dihabiskan olehnya sebagai seorang penyendiri tanpa grup.
Hari ketiga setelah pendaftarannya sebagai penyihir petualang, Corat akhirnya direkrut oleh sekelompok petualang yang akan pergi menangani tugas darurat.
“Hei! Raja merekrut semua petualang di kota ini!” teriak seorang petualang yang baru saja mendapatkan beritanya.
“Hah?! Benarkah itu?!”
“Benar?!”
“Iya! Empat ekor Burangau keluar dari lautan!” teriaknya lagi.
“Hah?! Di pantai mana?”
Semua orang yang mendengarnya langsung berdiri dan menghampiri pria itu yang sedang memberitahukan berita perekrutan ini.
“Di pantai Ratur. Menurut kurir, mereka sudah menghancurkan ladang mina laut,” jawabnya dengan suara bergetar.
“Kapan laporan itu datang?” tanya seorang pria kekar dengan dua kapak kembar di pinggangnya.
“Tadi pagi, saat matahari setengah naik.”
Sekitar jam 8 pagi.
“Waktu dari kota ini ke desa itu mungkin sekitar seperenam matahari tengah. Kalau laporannya datang tadi pagi, itu berarti Burangau itu sudah nyaris menghancurkan kota pelabuhan,” kata Corat sambil menggenggam tangannya erat.
“Kalau begitu tunggu apa lagi?! Angkat peralatanmu! Kita pergi sekarang!” teriak pria kekar kapak kembar itu.
“Aiyo!” jawab semua orang.
Kuda pribadi, kereta kargo yang dikompensasi, kereta bangsawan yang dipinjamkan, kereta sihir yang disewakan, banteng pertunjukan, dan beberapa angkutan umum lainnya. Semua kendaraan dipakai oleh para petualang untuk pergi ke desa Ratur yang sedang dalam bahaya.
Corat tentu saja ikut dengan menunggangi kuda pribadinya, dia menangkap dan menjinakkan kudanya beberapa bulan lalu sebelum pergi ke kota sebelah dan mempelajari sihir di sana.
Alasan mengapa raja merekrut semua petualang agar menyelamatkan desa Ratur itu adalah, karena desa Ratur adalah penghasil komoditas pangan terbesar dan terbaik di daerah utara ini. Ladangnya subur karena kotoran ikan dan pupuk buatan penyihir, hasil panennya selalu berlimpah karena petani di sana sangat pandai merawat tanaman agar tidak dirusak hama.
Kini, desa penghasil pangan terbesar itu, sedang diserang oleh empat ekor Burangau, ikan besar amfibi berkaki empat, spesies ikan besar yang hidup di laut Ashir, pemakan segala, dan setiap setelah musim dingin, mereka akan keluar dari laut paling tidak sekali.
Saat ini, musim kemarau, dan empat ekor Burangau itu sedang mencarikan makanan untuk dimuntahkan sebagai bola makanan, lalu dimakan oleh kawanan mereka di kedalaman lautan.
Seperti bola bulu kucing.
Semua ingatan itu berlalu sekilas seperti semburan air dari sebuah geiser di pegunungan api, yang terlintas di kepala Corat kini adalah api yang besar.
Sangat besar.
Api itu membakar desa Ratur, ketika dia bertanya pada penyihir lain tentang ‘kenapa?’, dia menjawab bahwa api itu disebabkan oleh hasil panen kering yang dijatuhi percikan batu api yang dijadikan penerang jalan.
Gudang itu terbakar, memusnahkan sebagian besar hasil panen, merambat ke gedung lainnya, membakar semua uang simpanan beberapa keluarga, lalu merambar ke sebuah rumah yang tidak asing di mata Corat.
Tentu saja, itu adalah rumahnya.
Air mata Corat keluar dengan deras, suara tangisnya kalah oleh suara auman Burangau yang terakhir, dia sedang sekarat, dan suaranya memekakkan telinga Corat yang sedih.
“Sialan.”
Corat membuka matanya, dia terbangun di geladak kapal. Dia tidak ingat apapun karena dia baru bangun dari pingsannya. Hal terakhir yang dia ingat adalah…
“…benar juga, aku merapal mantera fortifikasi, lalu…”
Corat berdiri, dia melihat residu ledakan di geladak kapal, namun tidak melubangi, hanya meninggalkan residu sihir berwarna gelap.
“…lalu meledak. Karena apa ya?”
Corat bertanya-tanya dalam hati, dia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.
“Ah, aku mendengar suara seorang wanita. Itu menjelaskan kegagalanku merapal mantera dan membuatnya meledak, jadi residu gelap ini adalah sisa ledakan yang kubuat semalam.”
Corat mendapatkan ingatannya kembali, dia mendengar suara wanita, lalu sihirnya meledak. Menghiraukan ingatannya semalam, Corat kini beralih fokus ke persoalan lain.
“Kapten?”
Corat berjalan menuju geladak bawah, dia mencari awak kapal lainnya.
“Kapten? Kepala kelasi? Di mana kalian?”
Tidak ada jawaban.
Corat berjalan menuju ruangan kapten di ujung kapal, di bawah geladak.
Tok tok tok
“Kapten? Kau di dalam? Di mana semua orang?”
Tidak ada jawaban, Corat berinisiatif untuk membuka pintu lalu masuk.
“Kapten? Tidak ada?”
Corat keluar, dia pergi ke geladak. Tidak ada hal aneh di atas sini. Burung camar sedang mengitari menara pengawas, dan kapalnya tidak bergerak.
“Kapalnya tidak bergerak?” gumam Corat, dia segera pergi ke pinggir kapal untuk melihat airnya.
Ketika Corat melihat air di bawah kapal, airnya tidak bergerak. Tenang seperti air dalam panci yang tidak diapa-apakan. Sementara air yang berada agak jauh, mungkin sekitar 12 hasta, bergerak dengan normal.
Setiap kapal yang ada di tengah laut pasti terombang-ambing, paling tidak, namun di kasus ini, kapal yang dinaiki Corat sama sekali tidak bergerak.
“Sihir distorsi?” Corat berspekulasi.
Cahaya dari dalam air itu tidak terlihat begitu jelas, percikan cahaya sihirnya kalah dengan sinar matahari.
“Siapa yang melakukan ini? Hanya aku yang bisa menyihir di kapal ini dan semua kertas sihir ada di dalam tasku,” gumam Corat tidak percaya.
“Untuk sekarang, sihir pencari.”
Corat mengumpulkan energi sihir di tangan kirinya, cahayanya memercikkan percikan berwarna oranye tua, setelah gumpalan energi sihir itu memenuhi tangannya, Corat mengeluarkan tongkat sihirnya, menarik energi sihir dari tangan kiri dengan ujung tongkat sihirnya, lalu mulai merapal.
“Oh ibu dari bumi, ibu dari lautan, ibu dari langit, ibu dari cahaya, dan kegelapan yang menyertai mereka, ijinkan aku meminjam kekuatan daripada engkau dan penuhi tanganku dengan kuasa penuh atas kekuatan…”
Corat merapal manteranya menggunakan bahasa Sindarin, aku menceritakannya dengan bahasa kalian agar kalian mengerti apa yang diucapkannya. Namun sisanya, aku tidak mengerti, jadi akan kuceritakan dengan bahasa Sindarin.
“I overwhelma rod plural rodyn, thich culd destroui a orod plual ered, rist- off i nimloth-o cuil, sauth-i aear, scorch i coe. A sui eithel i rod plural rodyn na recova i woundsa, na heala i damagea, a na enlighta tuin tho aria blinda bui i galad -o faki estel…”
Corat merapal mantera ini agak lama, menggunakan sihir pencari berjarak luas membutuhkan energi besar, dan energi besar membutuhkan mantera yang tepat, teliti, dan tidak boleh salah.
Ingat kejadian ledakan sihir semalam?