Alaris Aquaria (Art by Samudra)
Hari sudah sore, matahari nyaris berada di seperempat sisa hari. Kalau kalian bingung, seperempat sisa hari itu berarti sekitar jam 2 sore. Aku agak kesulitan menceritakan bagaimana waktu bekerja di dunia ini, karena pengetahuan tentang waktu masih abstrak.
Daripada membahas itu, aku lebih tertarik menceritakan Dermond dan kawan-kawannya yang kini berjalan menuju Mercusuar dengan peralatan lengkap.
Tok tok tok
Dermond mengetuk pintu Mercusuar, dia menoleh ke belakang memastikan semuanya tidak tertinggal.
“Mereka terlihat sedang dalam kondisi bagus, tidak salah beristirahat sebentar,” gumam Dermond setelah melihat kawan-kawannya sedang terlihat semangat.
Pintu terbuka sendiri, Dermond dan kawan-kawannya masuk.
Kejadian seperti ini bukan kejadian horror seperti setan yang membukakan pintu tanpa ada wujudnya, tidak, bukan seperti itu. Alaris yang melakukannya dari dalam karena dia malas membukakan pintu.
Daripada malas, lebih tepatnya tidak ingin beranjak dari kursinya.
“Selamat sore, penyihir Alaris. Kami datang untuk menjalankan misi,” kata Dermond sambil menundukkan kepalanya, Yutran dan lainnya mengikuti.
“Duduklah, Dermond. Di manapun asal jangan menyentuh bukuku,” kata Alaris.
“Sampai di mana kita tadi, Rudolf?”
Rudolf yang tidak terlihat batang hidungnya itu kini menampakkan dirinya.
“Tentang bagaimana sihir mereka bekerja,” jawab Rudolf.
Dia berada di kursi layang milik Alaris dan sedang berada di langit-langit membaca buku tentang Siren. Dermond terpukau melihat kursi layang milik Alaris.
“Ah ya, tentang itu.”
Dermond dan lainnya sudah duduk di kursi panjang, Alaris mengambil kertas di meja dan membacanya.
“Begini, Siren akan menggunakan sihir suara yang akan membuatmu terhipnotis seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Hipnotis ini daripada membuatmu tidak sadar, lebih seperti membuatmu penasaran. Lalu mereka bisa menggunakan sihir distorsi yang membuat kapal tidak bergerak.”
“Jadi, Aquaria? Rencananya adalah?” Rudolf meletakkan bukunya di rak, lalu mengambil tongkat yang disematkan di kursinya.
“Rencananya adalah, kalian akan melaut bersama kapal fregat dari grup laut Margoria, lalu mengawal mereka dari pergi hingga pulang,” jawab Alaris sambil melirik Tereshia dan Rithe yang cemberut.
Alaris sedang mengenakan gaun malam berwarna putih yang agak terbuka tanpa pakaian dalam, meski tidak begitu transparan, dia jelas sedang merayu Rudolf dan jelas-jelas itu membuat Rithe dan Tereshia kesal.
“Kenapa harus sambil berburu ikan?” tanya Yutran.
“Dari dua kasus yang kami ketahui, salah satu dari mereka sedang dalam perjalanan pulang dengan ikan besar di belakang kapal mereka.”
“Corat akan ikut dengan kita, kalian sudah tahu kan?” tanya Rudolf sambil mengangkat nampan berisi botol dengan air jernih dan beberapa gelas.
Tadi dia mencari botol anggrek, tapi Alaris menyimpannya entah di mana.
“Tentu, tuan Rudolf. Kemarin kami sudah diberitahu,” jawab Yutran, Dermond mengangguk.
Rudolf menuangkan air ke dalam setiap gelas dan menyuguhkannya pada setiap dari mereka. Alaris adalah tuan rumah Mercusuar ini, tapi Rudolf bertindak seperti dia adalah tuan rumahnya.
“Hei, tampan. Menurutmu kalau kau melakukan sisa pekerjaan rumah lainnya seperti menungguku di kamar, mungkin akan menyenangkan?” tanya Alaris.
Rudolf memutar matanya.
“Jangan malas, Aquaria. Ada tamu di sini, suguhi mereka kalau kau adalah gadis baik,” jawab Rudolf.
“Ya-ya, nanti,” Alaris mengibaskan tangannya seperti tidak peduli.
Tereshia dan Rithe cemberut melihat kelakuan Alaris barusan, sementara Dermond dan Yutran sama sekali tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Alaris tersenyum sombong pada keduanya.
“Sampai di mana kita tadi?” tanya Alaris.
“Pergi bersama Corat,” kata Rudolf sambil meletakkan nampan di sembarang meja, lalu duduk di sebelah Alaris.
“Ah, benar,” Alaris menangkupkan kedua tangannya di dada, dia sengaja melakukannya agar dadanya terlihat menonjol.
“Cih,” gumam Tereshia.
“Kalian akan berburu, membantu pelaut, lalu pulang dengan membawa Siren hidup atau mati di tangan kalian.”
“Begitu saja?” tanya Dermond.
“Bukannya ini mudah sekali?” tanya Yutran.
“Tidak-tidak, kalian tidak akan menyelesaikan misi ini dalam sekali jalan. Jika hari ini kalian pulang tanpa bertemu seekor Siren, maka besok kalian akan berangkat lagi.”
“Itu berarti penginapannya lebih lama,” Yutran memberi saran pada Dermond, kedua wanita yang bersama mereka mengangguk setuju.
“Mungkin 5 ha-“
“Kalian akan tinggal di gudang Mercusuar ini, di sana hanya ada beberapa peralatan usangku yang tidak kotor. Kalian bisa tinggal di sana selama misi ini berlangsung. Lalu, Rudolf?”
“Kepala kota, Cordel Latron, akan membiayai makanan yang kalian butuhkan. Kokinya aku sendiri, datanglah ke kedai setiap kali kalian lapar,” kata Rudolf setelah diberi kode oleh Alaris.
“Ini hal yang bagus, kan? Kalian dapat tempat tinggal dan makanan gratis, lalu Rudolf-ku dibayar oleh si tua Cordel setiap kali kalian makan. Mutualisme?”
“Mutualisme,” Rudolf mengangguk.
Dermond melirik Yutran, lalu Tereshia juga melakukan hal yang sama pada Rithe, mereka semua berbinar memancarkan aura kebahagiaan, terlihat jelas di mata Alaris.
Beberapa penyihir ahli seperti Alaris dan penyihir lain mampu melihat aura yang dipancarkan orang lain, Corat tidak bisa melakukannya karena dia hanya ‘penyihir gelandangan’. Dibandingkan Corat, Alaris adalah ‘penyihir bangsawan’ yang sejak tadi melihat aura kebencian muncul dari Tereshia dan Rithe.
Jelas sekali mereka cemburu pada Alaris yang begitu dekat dengan Rudolf.
Rudolf sendiri memancarkan aura yang biasa saja ketika dia digoda oleh Alaris, dia tidak membencinya, atau menyukainya, kalau dipikir-pikir, Rudolf hanya…
“Aku hanya terbiasa.”
…ya, terbiasa.
“Ehem, terimakasih, penyihir Alaris, tuan Rudolf. Kami akan menerima dengan senang hati,” kata Dermond sambil mencoba agar tidak terlalu terlihat senang.
Tiga lainnya mengangguk dengan semangat.
“Ini barang dan peralatan yang akan kalian butuhkan, semuanya ada di gudang, ambil mereka lalu pergilah ke pelabuhan,” kata Alaris.
Dermond dan tiga lainnya berdiri, mereka membungkukkan kepala, lalu pergi dari ruang ini menuju gudang yang dimaksud Alaris.
Gudang itu berada di sebelah Mercusuar, sangat dekat. Sebenarnya ada pintu yang bisa langsung menuju gudang itu, tapi Alaris menggunakannya secara pribadi agar tidak ada yang mengacau di Mercusuarnya.