Penyair Lautan dan Penyair Daratan

Samudra
Chapter #9

Bab 9: Perburuan Siren (1)

Kota Pelabuhan Koral (Inkarnate by Samudra)

Hidup sebagai penyihir nelayan tidaklah mudah, kau harus membeli gulungan sihir untuk digunakan, dan sebelum membeli gulungan sihir yang tidak terbatas, kau hanya bisa membeli gulungan sihir dengan batas pemakaian.

Energi sihir yang diakumulasi di tangan kanan atau kiri, lalu diletakkan di gulungan sihir dan mengeluarkan sihir yang ada di dalamnya membutuhkan sesuatu yang disebut afinitas sihir. Jika dengan tangan kosong, bisa, namun sulit.

Corat mampu melakukannya.

Sebelum membeli gulungan sihir, kau hanya punya dua pilihan. Berhutang dan membeli gulungan sihir, atau bekerja serabutan hingga mampu membeli satu.

Sebuah gulungan sihir, dari jenis angin, yang mampu meniupkan angin dengan kencang, bisa dibeli dengan harga 200 ribu Zeni. Sihir distorsi seharga 240 ribu Zeni, dan sihir fortifikasi 420 ribu Zeni.

Sebagai penyihir nelayan, akan sangat direkomendasikan untuk membeli gulungan sihir distorsi terlebih dahulu, karena akan sangat membantu perburuan ikan besar dan mendapatkan sejumlah uang untuk membeli gulungan baru.

Corat sudah melakukannya.

Sebelum menjadi penyihir nelayan, Corat adalah seorang penyihir petani dengan pendapatan yang tidak seberapa.

Sihir pemeliharaan tidak membutuhkan gulungan sihir, kau bisa mempelajari sihirnya dan merapalnya secara manual, namun membutuhkan waktu. Meski begitu, berbeda dengan perburuan ikan besar, menjadi petani tidak dikejar waktu.

Tanaman tidak akan bergerak, sumber penghasilan yang mudah, namun lama.

Corat pernah melaluinya.

Hari-hari itu begitu sulit baginya, dia harus pergi pagi ke ladang untuk membatalkan sihir pemeliharaan yang menguras energinya semalaman, lalu memberikan pupuk, dan istirahat hingga sore.

Dia juga mendapatkan perlakuan kurang baik dari orang-orang di kampung halamannya dulu, dia dianggap ‘penyihir gelandangan’ dan tidak dihormati layaknya penyihir pada umumnya.

Mau bagaimana lagi, penyihir seperti Corat adalah penyihir yang mendapatkan bakat tidak sejak lahir, kemampuan mereka bangkit ketika mereka remaja, atau dewasa baru. Berbeda dengan para penyihir bangsawan yang lahir dari keturunan penyihir murni dan bakat sejak lahir.

Alaris Aquaria, mendapatkan segala kenyamanan hidup sebagai seorang penyihir bangsawan.

Corat tidak pernah menikmatinya.

Meski begitu, dia senang.

Dia senang karena Alaris tidak seperti penyihir bangsawan lainnya yang sombong, Alaris adalah penyihir bangsawan yang baik dan murah hati. Dia memberikan tongkat sihir kepada Corat, meminjaminya buku sihir, dan mengajarkan trik untuk merapal mantera dengan cepat.

Dia sangat menghormati Alaris yang menghormatinya.

Dan dengan rasa hormat kepada Alaris itulah, Corat tidak boleh mengecewakan Alaris dan membawa hasil yang jelek, setidaknya laporan misinya ditulis dengan baik.

“Menara!”

“Radius 1000 hasta kosong!”

Corat tidak kehabisan energi sihir, bahkan setelah mereka memutri perbatasan laut Geral dengan Corat meniupkan angin kencang pada layar kapal terus-menerus.

Tongkat sihirnya mengurangi konsumsi energi sihir dan meningkatkan efisiensi, setiap helai Kristal yang dijalin di tongkat sihir ini membuatnya sedemikian hebat.

“Corat, Kau tak apa?” tanya Ragnar.

“Aku baik saja,” jawab Corat.

“Haah,” Ragnar menghela nafas.

“Jangan memaksakan diri, kau bisa mengurangi energi sihirnya dan melaju lebih pelan.”

“Aku lebih ingin diambilkan air jernih atau roti.”

“Hei! Seseorang ambilkan botol air jernih!”

“Aiyo!”

“Omong-omong, Corat. Kau tahu kenapa Rudolf ikut kapal ini?”

“Tidak, dia tidak mengatakan apapun.”

“Apa hanya aku yang penasaran?” Ragnar menoleh ke belakang, melihat Corat yang sedang fokus menyihir.

“Aku dan para petualang itu juga sama, bahkan penyihir Alaris,” jawab Corat tanpa mengalihkan pandangannya dari energi sihirnya.

“Si penyihir menara itu juga?”

“Iya, kurang lebih seperti itu.”

“Mungkin Rudolf hanya ingin liburan?”

“Haha, Rudolf yang menikmati pekerjaannya ingin liburan?”

Ragnar memutar kemudinya ke kiri, mencoba mencari rute lain.

“Yah, mungkin saja dia muak dengan dapur, jadi dia ingin li-“

“5 Paus Karang terlihat!” teriak Tereshia, dia merasakan makhluk hidup dalam jangkauan sihirnya, dan ketika dia melihatnya dengan teropong, dia melihat 5 ekor Paus Karang.

“Arah mana?!” teriak Ragnar.

Tereshia tidak menjawab, daripada memberikan arahan dengan angka, dia mengumpulkan energi sihir di tangan kirinya, lalu menembakkan energi sihir itu menggunakan tongkat sihirnya yang mengarah ke kawanan Paus Karang itu.

“Layar kiri naik! Siapkan balista dan rantai!” teriak Ragnar sambil memutar kemudinya.

“Corat, percepat sedikit.”

“Tapi pilarnya?”

“Pilar layar ini sangat kuat, hanya akan hancur kalau dimakan raksasa.”

“Baiklah.”

Corat memutar tongkat sihirnya dan mengeluarkan energi sihir yang lebih besar, layar kapal yang menerima angin kencang itu langsung mengebut.

Sihir yang digunakan Tereshia adalah sihir api pemandu, dia akan membakar energi sihir dengan oksigen di udara dan melemparkannya hingga api dari energi sihir itu terbakar habis. Sihir ini akan meninggalkan jejak residu yang terlihat di udara, sangat bagus untuk dijadikan pemandu arah atau meminta bantuan kapal lain.

“Penyihir itu hebat, dia tidak menggunakan kertas sihir tapi bisa menggunakan sihir secepat itu,” gumam penyihir kapal Margoria yang tadinya memperkuat persenjataan dan dinding kapal.

“Jarak 300 hasta! 240 hasta! 200 hasta!”

“Layar kiri turun! Kanan naik!” teriak Ragnar.

“Aiyo!”

Dengan sigap semua kru menarik tambang dan mengikatkannya agar layar tetap naik, sisa kru layar melepaskan ikatan tambang agar layar turun dengan sempurna.

Lihat selengkapnya